KETIK, JAKARTA – Keberadaan pinjaman online (pinjol) ilegal di Indonesia semakin marak dan meresahkan. Bahkan jumlahnya lebih besar dibandingkan pinjol resmi alias diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal (Satgas Pasti) dari OJK menemukan sebanyak 537 platform pinjol ilegal yang menghantui masyarakat Indonesia. Sementara jumlah pinjol legal baru 97 entitas.
Kondisi itu mendorong PT Indonesia Fintopia Technology (Easycash) untuk terus meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Salah satunya lewat dukungan terhadap Indonesia Fintech Summit & Expo (IFSE) yang berlangsung pada 12-13 November 2024.
Dengan menggandeng Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), Easycash menghadirkan edukasi keuangan bagi pengunjung IFSE 2024 terkait cara memanfaatkan platform P2P Lending atau pinjol secara bijak.
Langkah itu menjadi komitmen Easycash untuk meningkatkan literasi keuangan dan kesadaran digital masyarakat Indonesia. Sehingga masyarakat tidak terjebak jeratan pinjol ilegal yang meresahkan dan intimidatif.
“Kami senang dapat berkolaborasi dalam upaya AFTECH dan OJK untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat akan potensi produk dan layanan fintech,” ungkap Head Corporate Affairs Easycash, Wildan Kesuma dalam keterangan resmi yang diterima Ketik.co.id, Selasa, 12 November 2024.
Wildan menegaskan komitmennya untuk mendukung perluasan inklusi keuangan di Indonesia. Baik bagi masyarakat yang sudah memiliki perbankan terjangkau ataupun yang belum.
“Sebagai platform P2P lending, selain mendukung peningkatan literasi keuangan, kami juga berharap bisa terus mendukung perluasan inklusi keuangan dengan menjangkau segmen unbanked dan underbanked,” tegasnya.
Dalam acara yang merupakan rangkaian dari Bulan Fintech Nasional (BFN) 2024 ini, Easycash juga mengisi panel diskusi tentang upaya deteksi penipuan dalam platform P2P Lending. Diskusi ini melibatkan OJK, Privy dan EY Parthenon.
Easycash juga ikut meneken pakta integritas antara para platform P2P lending, AFTECH, dan Asosiasi Fintech Pendanaan Indonesia (AFPI) untuk meningkatkan keamanan, transparansi, dan keinginan dalam industri P2P lending.
Upaya Easycash dan beberapa pelaku usaha fintech ini mendapat sambutan positif dari Director of Marketing, Communication, & Community Development AFTECH, Abynprima Rizki.
Ia menyebutkan antusiasme pelaku industri untuk berpartisipasi dalam Indonesia Fintech Summit & Expo dan Bulan Fintech Nasional 2024.
“Dalam acara ini, kami melihat semangat yang tinggi antar pelaku usaha fintech untuk ikut memberikan edukasi dan bertukar pengalaman dengan satu sama lain guna menciptakan ekosistem fintech yang sehat di Indonesia,” jelas Rizki.
“Besar harapan kami agar inisiatif ini dapat terus mendorong perilaku bisnis yang sehat, pembaruan keamanan digital, serta peningkatan literasi keuangan bagi masyarakat, yang secara keseluruhan akan mendukung perlindungan konsumen produk dan layanan fintech,” harapnya.
Booth Easycash dipadati pengunjung dalam acara Indonesia Fintech Summit & Expo, Selasa, 12 November 2024 (Foto: Easycash)
Kampanye Lebih Masif
Ekonom dari Ekonomi Universitas Negeri Surabaya (FEB Unesa), Hendry Cahyono mengakui bahwa keberadaan pinjol ilegal menjadi tantangan berat di Indonesia.
Oleh karena itu, ia mendorong kampanye yang lebih masif, baik dari Otoritas Jasa Keuangan sebagai perwakilan pemerintah maupun perusahaan pinjol.
“Jadi ini memang tugas dari Otoritas Jasa Keuangan dalam hal ini untuk selalu mengkampanyekan pinjol-pinjol yang memang legal,” ungkap Hendry kepada Ketik.co.id, Jumat, 15 November 2024.
Apalagi menurutnya, masyarakat banyak mengakses pinjaman online melalui preferensi sosial atau berdasarkan iklan-iklan di media sosial. Pinjol-pinjol yang resmi harus lebih kuat kampanyenya daripada yang ilegal.
“Pinjol-pinjol yang legal ini iklannya jangan kalah dengan pinjol-pinjol yang ilegal,” tegas alumnus Universitas Brawijaya ini.
Terkait inklusi keuangan, Hendry mengakui pinjol cukup berperan besar dalam upaya mencapai target inklusi keuangan di Indonesia.
Berbagai kemudahan yang diberikan membuat pinjol bisa menjangkau berbagai lapisan masyarakat. Bahkan, ia menyebut pinjaman berani ini juga berkembang cukup pesat di negara-negara maju seperti Inggris dan Amerika.
“Semua masyarakat, apapun segmennya, apapun kelasnya mau menengah ke bawah, ke atas, bisa mengakses pinjaman,” jelasnya.
Dari sisi efisiensi, pinjaman online juga bisa lebih baik dibandingkan bank-bank konvensional. Sebab, debitur atau peminjam tidak perlu datang ke kantor karena bisa langsung menggunakan aplikasi, sehingga tidak perlu biaya administrasi tambahan.
“Dalam hal ini, pinjol lebih efisien dari perbankan konvensional,” tandas dosen kelahiran Pamekasan ini.(*)