Kesehatan KPPS Jadi Perhatian Penting di Pemilu Serentak 2024

Jurnalis: Moch Khaesar
Editor: M. Rifat

14 Februari 2024 00:53 14 Feb 2024 00:53

Thumbnail Kesehatan KPPS Jadi Perhatian Penting di Pemilu Serentak 2024 Watermark Ketik
Proses pendistribusian logistik Pemilu 2024, Selasa (13/2/2024). (Foto: Khaesar/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Kesehatan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) menjadi perhatian tersendiri dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang akan digelar hari ini, Rabu (14/2/2024).

Hal ini bukan tanpa sebab lantaran dalam gelaran Pemilu 2019 lalu, banyak KPPS yang meninggal dunia. Dokter sekaligus Dosen di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) Andrianto menyoroti kejadian tersebut.

Andrianto menilai hasil analisis Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyebut penyebab utama tragedi banyak meninggalnya petugas KPPS adalah riwayat penyakit bawaan dan beratnya beban kerja.

Sehingga saat mendaftar menjadi KPPS diwajibkan menunjukkan surat keterangan sehat saat mendaftar. Namun, Andrianto menilai, surat tersebut tidak banyak menjamin mengingat kebanyakan penyakit bawaan, terutama kardiovaskular bersifat asymptomatic.

“Penyakit-penyakit kardiovaskular sendiri banyak asymptomatic atau tanpa gejala, itulah yang harus menjadi kewaspadaan,” ujarnya, Selasa (13/2/2024).

Seseorang untuk bisa melakukan pekerjaan ekstra, lanjutnya, harus memiliki kesiapan fisik dan mental. Kesiapan tersebut bermula dari sebelum hingga berakhirnya pelaksanaan tugas anggota KPPS.

Andrianto mengingatkan untuk jangan sampai kelelahan sebelum hari pelaksanaan. Meskipun ia sadar bahwa persiapannya pun tidaklah ringan. Maka dari itu, perlu manajemen waktu istirahat yang baik, tahu kapan waktu kerja dan kapan waktunya istirahat.

Hal yang sama juga berlaku saat pelaksanaan Pemilu. Meskipun istirahat dan beban saat penyelenggaraannya tidak seimbang, KPPS bisa menyiasati waktu sedemikian rupa untuk memulihkan tenaga walau sebentar.

“Harus juga mengatur beban agar tidak berlebihan. Pengaturan jam istirahat harus sedemikian rupa sehingga tubuh ada fase untuk recovery,” jelasnya.

Kedua, kecukupan gizi juga menjadi penunjang. Ia tidak menyarankan doping, istilah yang masyarakat kenal dengan mengonsumsi obat-obatan tertentu untuk memperkuat tubuh selama bertugas.

“Tidak perlu doping. Justru kalau sistem doping, tubuh tidak dalam keadaan fit, dan teraktivasi berlebihan, nantinya juga akan kontraproduktif,” sambungnya.

Terakhir, Andrianto mengajak mengenali diri sendiri. Ia menyebut jika tubuh akan mengirim sinyal jika sedang tidak fit. Jika sinyal itu mengganggu seperti kecapaian, ngos-ngosan, dan berdebar, maka patut waspada dan segera kunjungi fasilitas kesehatan.

“Semakin singkat kita memanfaatkan waktu, maka jantung kita tidak akan dalam keadaan yang lebih buruk,” tuturnya.

Lebih lanjut, ketika ada anggota yang pingsan, Andrianto mengimbau untuk memeriksa terlebih dahulu nafas dan denyut nadinya. Jika keduanya terdeteksi, pasien hanya perlu berbaring dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala selama 10 hingga 15 menit.

Pasien seperti ini harus istirahat dan berlanjut pada pemeriksaan lebih detail di fasilitas kesehatan. Kondisi tersebut akan berbeda ketika pasien berhenti bernafas dan nadi tidak terdeteksi, terlebih akibat henti jantung.

“Ketika upaya penyelamatan henti jantung bisa dilakukan dalam 20 menit, 1 dari 5 bisa selamat. Kalau berhubungan dengan kegawatan jantung, pembuluh darah, dan saraf, sangat berhubungan dengan kecepatan dan ketepatan penanganan,” pungkasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

pemilu 2024 logistik Pemilu 2024 KPU Jatim kesehatan KPPS KPPS Jawa timur