KETIK, JAKARTA – Saat ini belum memasuki musim durian. Buah yang dijuluki king fruit ini masuk masa panen rata-rata tiap bulan November hingga Januari. Tetapi di sejumlah supermarket, toko modern, hingga pusat penjualan masih menjumpai durian.
Bisa dipahami beberapa toko ini memiliki pemasok durian yang tidak kenal musim, baik lokal maupun impor. Berikut beberapa jenis durian dalam negeri yang banyak digemari masyarakat:
Montong
Sebetulnya durian montong bukan varietas asli Indonesia. Durian ini berasal dari Thailand yang kemudian dibudidayakan di Indonesia. Sementara lokasi budi daya memunculkan asal daerah. Misalnya montong palu merujuk budi daya asal Kota Palu dan montong asal daerah lainnya.
Jenis inilah yang paling banyak disukai masyarakat Indonesia. Ciri khas durian montong didominasi rasa manis, dengan daging montok-tebal, ditambah biji yang kecil serta warna putih cenderung kekuningan.
Dari sisi fisik luarnya, duri buah ini lebih besar dan runcing. Duri satu dengan lainnya berjarak lebih renggang saat benar-benar matang. Bentuknya tidak bulat sempurna, misalnya oval, bulat memanjang, hingga tak beraturan.
Jenis montong menjadi favorit petani lantaran bobot satu buah bisa mencapai 10 kg, bahkan lebih. Dari data-data di atas, montong paling sering dijuluki king of fruit.
Bawor
Durian bawor dan montong memiliki kemiripan fisik. Durinya sama-sama renggang dan cenderung runcing. Jika Anda tidak teliti, bisa salah memilih durian. Terlebih banyak penjual di tepi jalan yang nakal yang mengganti montong dengan bawor.
Durian bawor bisa dibedakan pada saat dibelah. Buahnya berwarna kuning dengan biji lebih kecil. Rasanya tidak seperti montong yang dominan manis. Durian bawor manis cenderung pahit.
Bawor berasal dari Banyumas, tetapi juga ditemukan varietas serupa di Kalimantan. Durian ini kerap disebut montong banyumas lantaran mirip dengan jenis montong.
Durian Pelangi
Tanah Papua juga memiliki durian yang tidak kalah populer. Bahkan harganya sangat bersaing dengan montong, petruk, maupun jenis lainnya. Buah yang dimaksud adalah durian pelangi asal Manokwari, Papua Barat.
Sesuai namanya, durian pelangi memiliki warna buah yang bervariatif. Yakni merah muda, putih, dan krem yang berpadu hijau. Ciri lainnya daging tebal dengan biji kecil, dengan rasa cenderung manis legit dan kadar alkohol yang rendah.
Dalam sekali panen, durian Pelangi bisa mencapai 400-800 buah per pohon per tahun. Sementara masa panen buah ini berkisar Februari-Maret atau Juli-Agustus. Berarti bulan depan sudah masuk masa panen.
Durian Medan
Satu lagi durian lokal yang tengah diburu berasal dari Medan, Sumatera Utara. Ukuran durian medan lebih kecil dari jenis petruk dengan warna kulit yang lebih hijau. Selain itu, aromanya tidak terlalu tajam membuat durian ini banyak diburu masyarakat.
Rata-rata durian medan terdapat retakan pada bagian pangkal buah saat masak pohon. Pada saat dipukul bagian pangkal seperti kosong. Suara itu justru yang membedakan durian medan dengan lainnya.
Daging buahnya memang tidak tebal seperti montong atau bawor. Tapi daya tariknya terdapat pada rasa manis dan pahit yang berimbang, ditambah aroma harum. Jenis ini menjadi satu dari sekian durian asal Sumatera yang kerap dijadikan olahan.
Jenewer
Durian jenis ini tidak mengenal musim atau berbuah hampir sepanjang tahun. Secara fisik buah ini berwarna merah dan dibudidayakan Likin Durian Park, Kecamatan Songgon, Banyuwangi.
Disebut jenewer lantaran buahnya memiliki kandungan alkohol yang tinggi. Pohon durian jenis ini diperkirakan sudah ada sejak akhir abad 19, bahkan ada yang sudah berusia dua abad.
Secara fisik, durian jenewer punya ukuran sama dengan jenis lokal lainnya. Rasa pahit, manis dan legit bercampur. Likin Durian Park mengkalim belum banyak pelanggan yang sanggup menghabiskan satu buah durian jenewer lantaran kandungan alkoholnya yang tinggi. (*)
