Subagyo, Ketua LVRI Surabaya yang Nyaris Tewas Saat Operasi Seroja

Jurnalis: Husni Habib
Editor: Muhammad Faizin

8 Agustus 2023 08:17 8 Agt 2023 08:17

Thumbnail Subagyo, Ketua LVRI Surabaya yang Nyaris Tewas Saat Operasi Seroja Watermark Ketik
Ketua LVRI Surabaya, Subagyo Rahmad. (Foto: Husni Habib/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Keberadaan Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) memiliki peran penting untuk mengingatkan semangat juang dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Di Surabaya terdapat sekitar 1640 tentara veteran yang berada di bawah naungan LVRI Kota Surabaya.

Salah satunya adalah Brigadir Jendral (Purn) Subagyo Rahmad yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Surabaya.

Lahir di Yogyakarta pada 9 Januari 1943, Subagyo mengawali karir sebagai Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dengan masuk ke Akademi Angkatan Laut pada 1965 dan lulus 1969.

Setelah lulus tahun 1970, dirinya ditugaskan ke Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Disana dirinya bertugas untuk menjaga wilayah Indonesia yang berbatasan dengan Filipina.

"Awal bertugas saya ditempatkan di luar pulau, tepatnya Talaud. Setelah itu, tahun 1974 dikirim ke US Navy Seal (Angkatan Laut Amerika Serikat) selama 1 tahun," terangnya.

Setelah menyelesaikan pendidikan pada 1975, Subagyo ditugaskan dalam Operasi Seroja, Timor Timur yang saat ini menjadi Timor Leste. Disana Subagyo ditempatkan di Pasukan Marinir IV yang memiliki misi untuk merebut Bandara Comoro.

"Pada saat pertempuran di Timor Leste saya mendarat di Teluk Tibar lalu bertempur dan akhirnya berhasil merebut Bandara Comoro," ungkapnya.

Pada saat bertempur melawan Fretilin di Timor Timur, pria yang kini berusia 80 tahun tersebut mengingat jika senjata pasukannya kalah canggih jika dibandingkan dengan milik lawan. Tentara Indonesia dibekali dengan senjata AKA-47 yang memiliki jarak tembak 200 meter. Sedangkan pihak lawan menggunakan G3 yang memiliki jarak tembak 700 meter.

Dengan perbedaan senjata tersebut tidak mungkin rasanya harus bertempur secara langsung. Oleh sebab itu dirinya menggunakan taktik dengan cara mendekati wilayah lawan secara diam diam. 

Subagyo memerintahkan anak buahnya untuk melempar granat. Namun sayangnya granat tersebut mengenai pohon akasia, hingga berbalik ke arah pasukannya. Untung saja, Subagyo menendang granat tersebut ke jurang sebelum akhirnya meledak. 

"Pada saat granat jatuh ke jurang dan meledak tentu saja pasukan Fretilin sadar akan keberadaan saya dan pasukan. Lalu dari situ terjadilah baku tembak yang cukup sengit," katanya

Saat baku tembak, pasukan Fretilin lari ke jurang yang disana sudah siap kuda-kuda. Lalu mereka melarikan diri hingga akhirnya wilayah musuh berhasil diduduki oleh tentara Indonesia.

Pasca operasi seroja, Subagyo kembali menempuh pendidikan selama 2 tahun di Instructional System Development, University Of Alabama, Amerika Serikat. Setelah lulus dirinya ditugaskan di Komando Pengembangan Pendidikan Angkatan Laut (Kobagdikal) Surabaya.

"Setelah lulus saya mengubah kurikulum pendidikan sampai ke taktik dan strategi. Hal ini karena ada penggantian alutsista dari Rusia diganti Amerika," tuturnya.

Setelah itu pada tahun 1998 dirinya pensiun dengan pangkat terakhir Brigadir Jendral (Brigjend). Kemudian 2020, Subagyo diminta untuk menjadi Ketua LVRI kota Surabaya.

Awalnya Subagyo menolak. Namun, karena ingat sifat veteran yaitu ikhlas, bersedia, dan berkorban, ia pun bersedia menjadi Ketua LVRI Surabaya hingga saat ini.(*)

Tombol Google News

Tags:

Veteran Operasi Seroja Timor Timur tentara Pertempuran Timor Leste Marinir