Keberanian Rizal Ramli Menentang Ketidakadilan, Mengingatkan Publik akan Sosok Che Guevara

Jurnalis: Shinta Miranda
Editor: Moana

30 Juli 2023 00:59 30 Jul 2023 00:59

Thumbnail Keberanian Rizal Ramli Menentang Ketidakadilan, Mengingatkan Publik akan Sosok Che Guevara Watermark Ketik
Dr Rizal Ramli mendapat serbuan awak media usai menjadi ahli pemohon dalam sidang uji formil UU Cipta Kerja di Gedung Mahkamah Konstitusi.(Dok.Rizal Ramli)

KETIK, JAKARTA – Ekonom Senior Dr Rizal Ramli baru-baru ini hadir sebagai ahli pemohon dalam sidang lanjutan pengujian formil Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) di Mahkamah Konstitusi. 

Rizal Ramli menjadi ahli dalam perkara yang diajukan oleh 15 serikat atau federasi pekerja tersebut. 

Sebagai ahli, Rizal Ramli menyampaikan sejumlah alasan-alasan penyebab UU Cipta Kerja tidak diperlukan. 

Dalam persidangan, Rizal dengan lantang mengatakan bahwa alasan pemerintah 
menyatakan ekonomi nasional sangat genting karena pandemi Covid-19 dan dampak krisis global dinilainya suatu alasan yang mengada-ada. 

Karena dalam pengamatannya, ekonomi Indonesia pada 2020-2023 tumbuh sekitar lima persen.

"Hal ini jelas ekonomi memperlihatkan ekonomi Indonesia tumbuh dan tidak mengalami kegentingan serta masih dapat diatasi dengan cara-cara inovatif," tegas Rizal dalam sidang di Mahkamah Konstitusi (MK), Kamis (27/7/2023) kemarin. 

Ia menegaskan, suatu keadaan dikatakan genting jika terjadi resesi dan diperlukan tindakan besar untuk mengembalikannya pada kondisi normal. 

"Sementara lahirnya UU ini tidak berlaku karena alasan yang dibuat terlalu mengada-ada," ujarnya. 

Rizal juga menyampaikan bahwa alasan lainnya yang digunakan pemerintah untuk melegalkan penyusunan UU Cipta Kerja adalah untuk menyederhanakan peraturan, perizinan, dan tumpang tindih aturan sehingga dengan adanya aturan ini, investasi akan membaik. 

Rizal yang pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya Indonesia Periode Agustus 2015-Juli 2016 lalu mengakui birokrasi di Indonesia cukup rumit dan segala perizinan pun ruwet. 

Akan tetapi, dengan UU Cipta Kerja ini justru semakin menambah masalah kian rumit dan kompleks.

“Coba diamati sederhana bagaimana UU ini yang 1.000 halaman dan penjelasannya ada 500 halaman. Masa disederhanakan? Tetapi antar pasal banyak konflik ide, sehingga untuk memahami undang-undang ini perusahaan besar saja harus menyewa lawyer untuk memahaminya, apalagi usaha-usaha kecil dan menengah. Jika ingin membantu usaha kecil, cukup jadikan normanya 50 halaman sehingga tidak ada keraguan pengertian terhadap isi substansi undang-undang," jelasnya.

"Bahkan akibatnya dari undang-undang ini semakin membuka peluang bagi birokrat untuk menggunakan sebagai sarana memeras lagi. Dampaknya pada investasi tidak meningkat signifikan, kecuali tambang tetapi bidang jasa manufaktur investasi jauh merosot dari Vietnam dan Thailand,” sambung Rizal.

Berikutnya, Rizal juga mengaitkan keberadaan UU Cipta Kerja yang dinilainya sangat merugikan buruh dan keluarganya. 

Sebagai ilustrasi, ia mencontohkan pemberlakuan sistem outsourcing seumur hidup. Umumnya sistem ini hanya berlaku sementara atau setidaknya hanya 3 bulan, kecuali bagi industri yang cocok untuk pemberlakuan sistem ini.

Akibat dari norma ini, sambungnya, pekerja tidak mendapatkan tunjangan kesehatan, para buruh tidak punya pegangan ekonomi bagi keluarga dan ini merupakan bentuk perbudakan di masa modern. 

Ia berkata, perbudakan tersebut terjadi karena UU Cipta Kerja menekan hak-hak pekerja atau buruh, layaknya masa kolonial karena masyarakat pribumi tidak memiliki kesempatan untuk memperbaiki nasib kehidupannya secara normal.

Rizal kembali mengingatkan pemerintah dan rakyat Indonesia tentang cita-cita dari pendiri bangsa dalam mendirikan Republik Indonesia yakni membentuk negara kesejahteraan dan bukan melahirkan sistem kapitalis yang spekulatif dan ugal-ugalan. 

Peran negara, koperasi, dan swasta menjadi soko guru untuk keberlangsungan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi Indonesia yang terbaik dan ideal. Dengan demikian, akan lahir bangsa Indonesia yang cerdas dan makmur.

Akan tetapi, lahirnya UU Cipta Kerja ini baginya sangat bertentangan dengan UUD 1945 karena lagi-lagi keberadaan norma di dalamnya mencoba menjadikan buruh lebih miskin dan hanya dijadikan sebagai alat produksi dan bukan bagian dari pekerja untuk menikmati kemakmuran.

Mirip Keberanian Che Guevara

Pengamat Geopolitik Tulus Sugiharto melihat sosok Dr Rizal Ramli persis seperti tokoh revolusi Kuba, Ernesto Che Guevara. 

Tulus bercerita, Rizal Ramli (RR) belum lama ini menerima belasan organisasi buruh di rumahnya.

"Sebagian dari  mereka juga lulusan S-3. Tapi maaf, maksudnya lulus dari jenjang SD, SMP dan SMA. Bang RR sengerin keluhan buruh, kemudian jadi saksi di MK atas gugatan buruh atas Omnibus Law. Gue yakin, Bang RR sadar tindakannya nggak menyenangkan para pihak-pihak yang diuntungkan oleh Omnibus Law ini. Dia tahu konsekuensinya, tapi hati dan pikirannya selalu berpihak pada buruh, petani, nelayan, orang kecil dan lain-lain," kisahnya. 

Tulus menyebut Rizal Ramli anti neoliberalisme. Itu terbukti saat menjadi ahli dalam sidang uji formil UU Cipta Kerja di MK kemarin. 

"Khotbahnya di MK keren. Ia menganggap alasan pembuatan UU Ciptaker tidak masuk akal karena antara maksud, tujuan, dan fakta di lapangan tidak sesuai. Katanya lagi, pada praktiknya, UU Ciptaker tidak menyederhanakan regulasi dan mempermudah perizinan investasi sebagaimana digaungkan pemerintah," ungkap Tulus. 

Keberanian memihak rakyat itu adalah keberanian yang sama yang juga dimiliki oleh Che. 

Pahlawan Revolusi Kuba yang meninggalkan jejak pesan mendalam : "Jika Anda bergetar dengan geram setiap melihat ketidakadilan, maka Anda adalah kawan saya".

Seperti petikan lirik lagu yang dinyanyikan Bob Marley. 

Cause i remember when we used to sit
In a government yard in Trenchtown
Observing the hypocrites
Mingle with the good people we meet

Good friends we have
Good friends we have lost along the way
In this great future you can't forget your past 
So dry your tears

Karena aku ingat saat kita biasanya duduk
Di pelataran pemerintahan Trenchtown
Mengamati para orang munafik
Bergaul dengan orang baik yang kita jumpai

Kita punya teman baik
Kita kehilangan teman baik sepanjang jalan
Di masa depan cemerlang ini, kau tak bisa lupakan masa lalumu 
Jadi keringkan air matamu

"Kalau Che masih hidup, dia mungkin jadi temen ngopi Toraja nya Bang RR (Rizal Ramli). Makan  pisang goreng  dari kebun sendiri dan sambil melihat Che, mengisap  cerutu Cohiba dari Kuba dan sambil dengerin lagu Bob Marley, No Woman No Cry. Makna derajat kedua lagu ini bagi aktivis model Bang RR dan Che tetaplah  menjaga kepala agar tetap tegak melewati masa-masa sulit," ucap Tulus. 

Native digital mungkin tak asing dengan wajah Che Guevara. Gambar wajahnya kerap menghiasi kaos maupun poster hingga berseliweran di media sosial. Dia sangat ikonik. Topi baret dan cerutu. 

Che adalah seorang anak muda yang sekolah kedokteran dengan menggunakan sepeda motornya selama tiga tahun. Mulai 1953 sampai 1956.

Che Guevara berkeliling ke berbagai negara di latin Amerika. Mulai dari Argentina, Bolivia, Perú, Ekuador, Panamá, Kosta Rika, Nicaragua, Honduras, dan El Salvador. 

Dari hasil touring itu, Che Guevara menyimpulkan jika sistem kapitalisme, terutama dari Amerika menjadi sebab banyaknya orang miskin di Latin Amerika. 

Apalagi jika kemudian perusahaan besar itu berkolusi dengan pemerintah yang berkuasa.  

Tentu, aturan-aturan yang dikeluarkan  pemerintah itu akan menyebabkan perusahaan besar untung plus sebagian kecil dari orang berkuasa,  jadi orang super kaya,  tapi rakyat mereka tetap miskin. 

Jiwa revolusioner Che bergolak setelah melihat dengan mata kepala sendiri adanya kemiskinan itu.  

Dia membantu Jacobo Arbenz untuk memenangkan Pemilu di Guatemala dengan mengusung reformasi sosial. 

"Setelah terpilih, Presiden Albenz ini keren  banget, dia menghapuskan latifundia  atau kepemilikan tanah yang sangat luas oleh satu orang," kata Tulus. 

Tapi, Alben digusur oleh CIA melalui permintaan sebuah perusahan bernama United Fruit Company, sebuah  perusahaan Amerika Serikat yang memperdagangkan buah-buahan tropis, khususnya pisang, yang ditanam di Amerika Tengah dan Selatan. 

"Gila ngak loe, perusahaan pisang  bisa menggulingkan pemerintah yang sah karena menghapus latifundia. Itulah contoh penjajahan modern, neoliberalisme, dampak dari neoliberalisme akan berakibat tidak adanya kemakmuran dan kesejahteraan mayoritas masyarakat, melainkan memperkaya si pengusaha atau perusahaan itu sendiri," ujarnya. 

Che Guevara membantu banyak revolusi, seperti revolusi di Kuba, dia mendukung gerakan Fidel Castro sehingga kemudian Kuba diisolasi oleh Amerika selama puluhan tahun.  

Meski dapat kedudukan  menjadi menteri perindustrian di Kuba, Che malah kembali menjadi revolusioner.

Keluar dari Pemerintahan Kuba, pergi ke Afrika dan kemudian muncul lagi dengan membantu gerilyawan Bolivia.  

Pemerintah Bolivia kerja sama dengan CIA berhasil menangkap Che dan kemudian menghukum matinya pada tahun 1967. 

Che meninggal di usia milenial, 39 tahun.
Che memang meninggal, tapi nama dia dikenal luas di dunia. 

"Orang yang harusnya bisa hidup enak-enakan jadi seorang dokter tapi jiwanya menyebabkan dia berpikir untuk mensejahterakan banyak orang," ungkap Tulus. 

"Orang seperti Che nggak banyak, kalau sudah lulus kuliah apalagi  dapat gelar doktor (S 3) keluaran universitas beken di Amerika, tentu pikirnya gimana bisa segera jadi manager, general manager bahkan direksi dalam waktu singkat, lebih cepat dari waktu sekolah dulu," sambungnya.

Tulus mengatakan kemiripan Che dan Rizal Ramli. Sejak muda, Rizal Ramli sudah belajar dan ikut berpolitik. Menjabat Wakil Ketua Dewan Mahasiswa ITB pada tahun 1977-an. Itu semakin membuatnya asik terjun ke jalan, mendebat kebijakan pemerintahan Presiden Soeharto. 

Di Kampus ITB, Rizal mengasah dirinya menjadi seorang aktivis yang peduli terhadap nasib negara bersama teman-temannya. Saat kuliah, Rizal yang kala itu tidak memiliki uang, terpaksa harus pintar mengelola waktunya antara kuliah, aktivisme dan bekerja. Tampaknya, Rizal bisa mampu menjaga ketiga hal ini secara berimbang.

Di dua presiden, dia pernah jadi menteri koordinator. Pada era Jokowi jadi Menko Maritim dan di era  Gus Dur menjadi Menko Perekonomian dan saat itu dia gerak cepat,  membereskan masalah utang di PLN,  Garuda Indonesia dan krisis di BII. 
 
Sampai sekarang meski bukan menjadi pejabat, Rizal Ramli terus membela rakyat. 

"Tanya petani tebu, petani, orang yang digusur, kaum buruh, selalu kritis pada kenaikan TDL, BBM, sampai sembako, menolak jabatan presiden tiga periode, mengecam politik dinasti, pembuat julukan BuzzerRp dan Sure-Pay (survey) dan lain-lain," kata Tulus.

Dan terakhir, Rizal Ramli merupakan lulusan S3 Doktor dari Boston University, bukan universitas kaleng-kaleng. Ketika berkuasa ia telah melakukan perubahan dan perbaikan lebih mudah dan lebih cepat.

"Jadi kalau mau cari pesohor politik yang pro rakyat, namanya jelas Bang Rizal Ramli. Lengkap dia," terang Tulus. 

Tulus memiliki harapan besar Rizal Ramli turut kembali mengelola pemerintahan pada 2024 mendatang. 

Sementara itu, Rizal Ramli banyak mendapat pertanyaan dari publik. Bagaimana cara Rizal dan kawan-kawan bisa melakukan perbaikan-perbaikan walaupun ketika tidak menjadi pejabat? 

"Asalkan amanah dan tidak punya konflik kepentingan (KKN) dan leadership kuat. Kuncinya, visi perbaikan yang jelas, konsistensi dan daya tahan atau sekitar 2 tahun per topik, aliansi strategis kokoh dengan dewan-dewan mahasiswa, organisasi buruh, kepala desa dan lain-lain," jawab Rizal.(*)

Tombol Google News

Tags:

Dr Rizal Ramli UU Cipta Kerja Che Guevara Omnibus Law Mahkamah konstitusi Serikat buruh