Ekonomi Global Tertekan, Indonesia Tunjukkan Stabilitas di Triwulan II 2024

Jurnalis: Husni Habib
Editor: Mustopa

18 November 2024 15:55 18 Nov 2024 15:55

Thumbnail Ekonomi Global Tertekan, Indonesia Tunjukkan Stabilitas di Triwulan II 2024 Watermark Ketik
Gedung OJK Jawa Timur. (Foto: Husni Habib/Ketik.co.id)

KETIK, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Laporan Surveillance Perbankan Indonesia (LSPI) Triwulan II 2024, kondisi perekonomian global relatif stagnan dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi, serta pertumbuhan ekonomi negara-negara yang masih terdivergensi.

Ekonomi AS, Eropa, dan UK tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, namun ekonomi Tiongkok justru cenderung belum cukup kuat seiring lemahnya permintaan domestik dan berlanjutnya tekanan sektor properti.

Plt. Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi, M. Ismail Riyadi mengatakan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih cukup tinggi, antara lain dipengaruhi oleh laju penurunan inflasi yang masih berada di atas target.

Kondisi itu mendorong The Fed mempertahankan suku bunga Fed Funds Rate (FFR) tinggi dalam jangka waktu lama (high for longer) hingga Juni 2024 dan baru melakukan pemangkasan FFR pada FOMC September 2024.

"Selain itu, perlu diperhatikan juga faktor risiko seperti perkembangan konflik geopolitik di Timur Tengah dan Ukraina," kata Ismail melalui keterangan tertulis, Senin 18 November 2024.

"Disrupsi jalur perdagangan di Laut Merah, dan faktor perubahan iklim yang berpotensi memicu peningkatan harga komoditas dan inflasi ke depan," imbuhnya.

Keadaan ini juga diperburuk dengan kondisi Amerika Serikat yang sedang melaksanakan pemilihan umum (pemilu). Hal ini membuat pertumbuhan konsumsi domestik yang melambat ditengarai merupakan implikasi dari berakhirnya efek stimulus dari periode pemilu.

"Di tengah perkembangan global tersebut, pada triwulan II 2024 ekonomi domestik tetap terjaga meskipun sedikit melandai, antara lain ditopang oleh pertumbuhan ekspor yang lebih tinggi," tambahnya.

Sementara itu untuk perekonomian domestik masih terjaga kuat dengan pertumbuhan kredit sebesar 12,36 persen (yoy), meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya (7,76 persen, yoy).

Pertumbuhan kredit tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan dari segmen korporasi yang baik sejalan dengan penjualan yang baik dan kemampuan bayar yang kuat.

Di sisi lain, DPK juga masih tumbuh yaitu sebesar 8,45 persen (yoy) meningkat dari tahun sebelumnya (5,79 persen, yoy) sehingga menjadi salah satu faktor pendorong terjaganya likuiditas perbankan.

"Dalam situasi demikian, kondisi likuditas bank umum terpantau masih cukup memadai ," paparnya.

Tingkat permodalan juga cukup solid dengan CAR sebesar 26,09 persen meskipun menurun dari tahun sebelumnya didorong oleh pertumbuhan ATMR yang tumbuh 9,91 persen (yoy), sejalan dengan pertumbuhan kredit, dan melampaui pertumbuhan modal. 

"Risiko kredit juga terpantau membaik dengan rasio NPL gross yang meningkat menjadi sebesar 2,26 persen dan NPL net sedikit meningkat menjadi 0,78 persen," pungkasnya.(*)

Tombol Google News

Tags:

OJK perekonomian Tantangan global Kondisi pasar Likuiditas kredit ekspor keuangan