Waspada! Demam Berdarah di Jatim Melonjak Capai 6.515 Kasus

Jurnalis: Moch Khaesar
Editor: M. Rifat

27 Maret 2024 03:16 27 Mar 2024 03:16

Thumbnail Waspada! Demam Berdarah di Jatim Melonjak Capai 6.515 Kasus Watermark Ketik
Kepala Dinkes Jatim dr Erwin Astha Triyono saat diwawancarai di Gedung Negara Grahadi, Rabu (27/3/2024). (Foto: Khaesar/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Kasus demam berdarah dengue (DBD) yang terjadi di Jawa Timur mengalami peningkatan signifikan. Mulai Januari hingga minggu ketiga bulan Maret 2024 telah mencapai 6.515 kasus.

Jumlah ini naik drastis dari tahun 2023 yang hanya 9.401 kasus.

“Trennya naik, pemicunya adalah musim hujan. Meski demikian kita tidak boleh menyalahkan alam begitu saja, karena yang terpenting adalah pemberantasan sarang nyamuk,” ujar Kepala Dinkes Jatim dr Erwin Astha Triyono, Rabu (27/3/2024).

Erwin mengajak masyarakat untuk menggalakkan kerja bakti untuk memberantas sarang nyamuk tersebut dengan 3M.

Pertama, menguras tempat penampungan air, kedua, menutup tempat-tempat penampungan air. Dan ketiga mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus DBD pada manusia.

“Untuk Case Fatality Rate (CFR) masih di bawah 1 persen artinya masih aman. Meski demikian harus diaudit jangan sampai fatal,” katanya.

Erwin menjelaskan saat ini Dinas Kesehatan mewaspadai penyakit DBD yang dialami anak-anak. Hal ini karena kondisinya rentan serta adanya lonjakan suhu tubuh.

"Karena DBD ini kerap menipu artinya pada hari ketiga – keempat panasnya turun, biasanya si anak akan main. Padahal panas hari ketiga dan keempat ini ancaman muncul dalam bentuk shock atau pendarahan,” ungkapnya.

Erwin berpesan kepada orang tua, jika panas terjadi pada anak karena DBD atau tidak. Sehingga perlu adanya pencegahaan maupun deteksi dini sangat diperlukan.

“Karena terapi DBD ini tidak ada yang lebih baik kecuali cairan. DBD ini sembuh dengan sendirinya dalam waktu 7 hari. Cuma dua ancaman (Shock dan pendarahan) tidak bisa diprediksi, maka monitoring harus dilakukan bisa di rumah sakit atau tenaga kesehatan kalau di rumah. Kalau ada tanda-tanda DBD lebih baik ke rumah sakit atau puskesmas,” tuturnya.

Dengan kejadian ini, Erwin meminta masyarakat untuk melakukan fogging untuk mencegah terjadinya perkembang biayakan nyamuk aides aigyepty.

“Timing sangat diperlukan untuk fogging. Jangan sekal-sekali fogging karena keinginan. Tapi saat ada kasus dan membutuhkan,” pungkasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

Demam Berdarah dbd DBD di Jatim Meningkat Dinas Kesehatan Jatim Jawa timur