Prof M Nuh Maknai Idul Adha 1444H Pentingnya Kolaborasi-Sinergi untuk Mencapai Kemenangan

Jurnalis: Shinta Miranda
Editor: Marno

29 Juni 2023 02:22 29 Jun 2023 02:22

Thumbnail Prof M Nuh Maknai Idul Adha 1444H Pentingnya Kolaborasi-Sinergi untuk Mencapai Kemenangan Watermark Ketik
Prof Muhammad Nuh saat khutbah di Idul Adha 1444H di Masjid Al-Akbar Surabaya. (Foto: Tangkapan Layar Youtube MAS)

KETIK, SURABAYA – Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA memberikan khutbah pada salat Idul Adha 1444H di Masjid Al-Akbar Surabaya (MAS) bertemakan 'Membangun Generasi yang Saleh dan Ke-Kita-an' pada Kamis (29/6/2023). 

Salat Idul Adha di MAS kali ini hadir Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan Wakil Gubernur H Emil Elestianto Dardak beserta jajaran Forkopimda Jatim dan 40 ribu jemaah. 

Dalam khutbahnya, Prof M Nuh mengatakan bahwa ibadah haji adalah ibadah yang penuh pergerakan, sangat dinamis dalam dimensi posisi dan waktu, yang bukan dilakukan ’sendirian’, tetapi pergumulan dan interaksi antar jemaah kolaborasi-sinergi atau semangat 'ke-Kita-an' menang bersama. 

Menurut Nuh, semangat ta’awun dan ego sentris seringkali berbenturan dalam prosesi haji tersebut, dan itulah fakta dan realitas kehidupan. Memang ada filosofi yang berbeda antara kompetisi-lomba (musabaqoh) dan kolaboratif-sinergis (mu’awwanah). 

Dalam berlomba untuk meraih kemenangan memang harus mengalahkan yang lain, sehingga jargon utamanya adalah indeks daya saing. Namun, sangat berbeda dengan kolaboratif-sinergis,  untuk menjadi terbaik pemenang tidak harus mengalahkan yang lain, tetapi bisa menang bersama, sukses bersama dengan besaran kemanfaatan yang ditentukan besarnya kontribusi dalam kolaborasi. 

Nuh menjelaskan esensi ke-kitaan lebih dominan dibanding ke-aku-an. Nahnu-isme lebih dominan dibanding Ana-isme. 

"Apalagi prosesi ibadah haji tidak mengenal perbedaan berdasar unsur primordial (suku, ras, bangsa, profesi, status sosial), yang ada hanya hamba dan tamu Allah,” kata Ketua Majelis Wali Amanat ITS itu. 

Prof Nuh berharap bagaimana bisa melakukan transformasi dari saya atau aku menjadi kami  dan kami menjadi kita. 

"Yakinlah, kedahsyatan akan diperoleh dalam bingkai kita, kekitaan sebagai spirit , sedangkan gotong royong dengan prinsip kesalingan sebagai aksinya,” harapnya. 

"Tidakkah, salat berjamaah memiliki nilai yang jauh lebih besar dibanding salat sendirian. Dan tidakkah, mendahulukan kepentingan umum, dibanding kepentingan diri (ke-akuan), termasuk bagian dari kemuliaan dan pengorbanan,” tambah Mustasyar PBNU itu. 

Mantan Mendiknas itu menjelaskan semangat ke-kitaan dan gotong royong yang dirintis oleh pendiri bangsa dan negara Indonesia, bukanlah sesuatu yang didapat secara serta merta, tetapi melalui proses yang panjang, kompleks dan berat. 

"Tugas kita adalah menciptakan sebanyak-banyaknya ruang persamaan dan merawatnya dengan baik. Mulai dari kesamaan sebagai manusia ciptaan Allah," tuturnya. 

Menurut M Nuh terkait pentingnya menyiapkan generasi yang memiliki keutuhan kompetensi sikap attitude ketrampilan dan pengetahuan. 

Generasi yang memiliki keutuhan kekuatan logika kebenaran, etika kebaikan dan estetika keindahan. Itulah nilai keteladanan yang luar biasa, yang bisa ambil.Di antaranya pentingnya hujjah atau pola pikir berbasis rasionalitas, pola pikir terbuka open mind di dalam proses mencari kebenaran.

"Juga, pentingnya membangun dalam skala dzurriyat (generasi bergenerasi), yang berbasis pada tiga hal, yakni tilawah, ta’allim dan tazkiyah , sebagaimana do’a Nabi Ibrahim bersama Nabi Ismail [QS: 2:129],” pungkasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

M Nuh khutbah MAS Masjid Al Akbar sinergitas Kolaborasi generasi