Mengenal Kiagus Firdaus, Jeme Pagaralam, Pakar City Branding, Punya Banyak Inovasi (2)

Jurnalis: M. Rifat
Editor: Irwansyah

29 Juli 2023 03:55 29 Jul 2023 03:55

Thumbnail Mengenal Kiagus Firdaus, Jeme Pagaralam, Pakar City Branding, Punya Banyak Inovasi (2) Watermark Ketik
Kiagus Firdaus di ruang kerjanya di Surabaya. (Foto: Ketik.co.id)

KETIK, JAKARTA – Punya banyak inovasi dan pengalaman City Branding. Itulah sosok Kiagus Firdaus Jeme Pagaralam asli manajer rider Moto3 GP Mario Aji.

Pengalaman itu ingin dia persembahkan suatu saat nanti untuk kota kelahiran tercinta demi menjadikan Pagaralam Kota Wisata Spektakuler. Berikut tanya jawab dengan mas Kia, panggilan akrabnya.

Q: Jadi Anda memang jeme Pagaralam asli?

A: Ya, saya asli Pagaralam. Yang biasa disebut jeme Pagaralam asli. Bahkan, rumah saya dengan pusat Kota Pagaralam itu hanya satu menit. Tepatnya saya lahir di Kelurahan Besemah Serasan, dulu sebutannya Pasar Ilir. Keluarga saya pun sampai saat ini masih banyak di Pagaralam. Ayah dan Ibu saya juga lahir di Kota Pagaralam. Jadi saya ya memang asli putra Pagaralam. 

Q: Lalu sejak kapan Anda merantau ke Jawa?

A: Keluarga besar kami mendidik anak-anaknya ketika lulus SD wajib melanjutkan sekolah di pulau Jawa. Tepatnya di Kota Malang. Kebetulan di sana ada keluarga dari ayah menjadi tokoh. Mereka mengajak anak-anak saudaranya setelah lulus SD melanjutkan pendidikan di sana. Kita sadar saat itu Sumatera Selatan tempat Pagaralam berada masih belum semaju pulau Jawa. Karena itu ayah saya menyuruh anak-anaknya pergi ke Jawa untuk mendapat pendidikan lebih baik. Membuka cakrawala pengalaman yang lebih luas. Saat datang ke Malang kali pertama, saat itu saya sadar kondisi Malang dan Pagaralam begitu berbanding terbalik. Dari sana saya sadar maksud dari ayah saya mengirim anak-anaknya ke Jawa.

Q: Kenapa SMA di Pagaralam lagi?

Waktu SD saya di Pagaralam. Tepatnya SDN 5 Pagaralam yang saat itu menjadi SD favorit. Saat itu saya menjadi salah satu murid teladan. Mengikuti lomba-lomba cerdas cermat selalu juara. Bahkan saya murid terbaik saat itu. 

Begitu lulus SD kami langsung dikirim orang tua ke Malang. Di MTSN 2 Malang saya juga aktif berbagai kegiatan. Jadi Ketua OSIS dan lain-lain. Saat itu rencananya memang di Malang sampai kuliah. Tetapi saat akhir-akhir kelas 3 MTS, ibu berkabar ayah sakit keras. Baru masuk SMA seminggu, ibu berkabar lagi saya wajib pulang ke Pagaralam karena kondisi ayah saya makin sakit keras dan parah. Karena tahun ajaran baru sudah dimulai, akhirnya saya masuk salah satu SMA swasta favorit yakni SMA Muhammadiyah. 

Di SMA saya juga aktif di berbagai kegiatan. Banyak juara di berbagai lomba, ketua OSIS, anggota Paskibraka, Duta Wisata, itu momen tak terlupakan. Mungkin itu hikmah saya menuruti keinginan orang tua. Bekal tiga tahun SMP di Malang saya aplikasikan saat SMA di sekolah saya dalam berbagai kegiatan.

Q: Hal yang tidak terlupakan selama masa kecil dan remaja Anda di Pagaralam?

A: Apapun saya lahir di Pagaralam. Seenak-enaknya tinggal di kota besar, berkunjung ke luar negeri, tetap paling enak adalah Pagaralam kota kelahiran saya.

Gunung Dempo yang indah, masa-masa sekolah saya SD dan SMA saat saya banyak buat prestasi, jadi Paskibra, ketua OSIS, Duta Wisata Pagaralam. Rasanya saya saat itu cukup terkenal di kalangan remaja Pagaralam. Momen-momen itu adalah masa remaja yang indah yang tak pernah saya lupakan dari kota kelahiran saya Pagaralam yang indah.

Q: Jaringan Anda di nasional sangat kuat, Pengalaman Anda selain di dunia media apa saja yang bisa diaplikasikan di Pagaralam?

A: Lulus SMA saya langsung kembali ke Malang. Melanjutkan kuliah di Universitas Brawijaya Malang jurusan Ilmu Komputer. Lulus kuliah saya masuk media besar Jawa Pos Group. Saya meniti karir sampai menjadi manajer sampai direktur. Di Jawa Pos inilah saya dapat banyak pengalaman. Saya kenal berbagai kalangan. Bupati, wali kota, gubernur, Bahkan menteri. Saya banyak bantu bupati, wali kota membranding daerahnya.

Foto Kiagus Firdaus (kanan) saat berbincang bersama Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Jawa Pos Radar Tulungagung. (Foto: Dok. Ketik.co.id)Kiagus Firdaus (kanan) saat berbincang bersama Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Jawa Pos Radar Tulungagung. (Foto: Dok. Ketik.co.id)

Pengalaman-pengalaman inilah yang membuat saya banyak diminta menjadi tenaga ahli di bidang city branding. Membantu daerah-daerah membuat inovasi agar lebih maju dan dikenal.

Pengalaman-pengalaman itu yang ingin saya aplikasikan suatu saat nanti di Pagaralam. Pagaralam ini sama dengan Kota Batu. Otonominya. Tahun lahirnya. Tanggalnya sama. Demografinya. Saya ingin semua pengalaman yang saya dapatkan selama ini suatu saat nanti bisa saya terapkan di Pagaralam kota kelahiran saya tercinta.

Q: Sebagai pakar city branding yang pernah ikut membangun banyak kota di Indonesia, kesan Anda tentang Pagaralam?

A: Pagaralam ini beautiful city. Dan menurut saya demografi Pagaralam hampir 90 persen sama dengan Kota Batu. Kebetulan saya tinggal di Malang yang berdekatan dengan Batu. Otonomi daerah Pagaralam juga turun bersamaan dengan Batu. Gunung Dempo, air terjun, nuansa alam yang begitu indah ini tidak jauh beda dengan Kota Batu atau Bogor. Pagaralam sebagai kota wisata memang harus diwujudkan dan dimaksimalkan seperti kota Batu.

Q: Menurut Anda potensi apa yang perlu digali lebih dalam dari Pagaralam?

A: Seperti saya bilang tadi, Pagaralam ini ditakdirkan memiliki potensi alam yang sangat indah. Gunung Dempo, air terjun, perkebunan sayur mayur yang kaya, potensi ini yang ingin lebih saya tonjolkan. Kenapa bisa digali lebih jauh, karena Pagaralam ini diapit tiga provinsi. Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan sendiri. Tiga provinsi ini rata-rata tidak memiliki wisata alam. Jadi Pagaralam ini bak lukisan. Lengkap pesona alamnya. Ada gunung. Perkebunan teh yang tertata rapi. Ini semua yang membuat saya yakin Pagaralam bisa menjadi kota wisata yang spektakuler.

Q: Apa impian Anda untuk Pagaralam?

A: Saya ingin jadikan Pagaralam sebagai kota wisata. Kalau Batu ada sebutan Kota Wisata Batu, KWB. Maka tidak muluk-muluk saya yakin Pagaralam juga bisa jadi Kota Wisata Pagaralam yang spektakuler.

Q: Apa ada keinginan dari Anda balik bangun kampung ?

A: Ya, sama seperti keluarga besar saya lainnya. Ketika sudah mengenyam pendidikan dan pengalaman di Pulau Jawa, dengan berbagai bekal sebagai konsultan dan staf ahli kepala daerah untuk membranding suatu kota, seperti Surabaya, Raja Ampat, Madiun, Pacitan, Ngawi, dan hampir di seluruh Jatim saya pernah terlibat dalam city brandingnya.

Dengan banyak pengalaman ini, ketika ditanya seperti ini saya jawab, Iya. Saya ingin suatu saat nanti balik ke kampung halaman saya. Punya rumah asli besemah. Di perkebunan, dengan air mengalir yang indah. Menghabiskan masa tua. Itu juga menjadi miniatur untuk keinginan saya menjadikan kota Pagaralam sebagai kota wisata spektakuler seperti kota Batu.

Bisa mengenalkan Kota Pagaralam ke seluruh Indonesia. Menambah PAD nya. Dengan jaringan luas saya. Agar masyarakat, menteri, kepala daerah lain di Indonesia lebih kenal Pagaralam.

Q: Anda yakin bisa wujudkan itu?

A: Ya. Kenapa saya yakin bisa. Karena Pagaralam ini kota kecil. Kota kecil sangat bisa berhasil jika dikelola dengan baik dengan visioner. Dan hasilnya akan sangat kelihatan.

Ketika saya lahir 1984 sampai terakhir Idul Adha tahun ini (2023, red) kemarin pulang ke Pagaralam, saya masih melihat pasar dua tingkat di jantung Kota Pagaralam. Ini pasar terbaik di Pagaralam. Dari saya lahir sampai saya balik kemarin tidak berubah sama sekali. Catnya, marmernya sama. Bahkan toko-tokonya malah sudah banyak tutup. Mungkin karena kalah dengan pusat Kota Palembang yang sudah maju.

Ini salah satu contoh. Ketika saya balik kampung saya ingin bantu bagaimana pasar dua tingkat ini bisa jadi ikon. Mini mall-nya Pagaralam yang terintegrasi.

Ada satu hal lagi. Dari saya lahir, sampai saya pulang kampung kemarin, di depan SD saya ada tempat pembuangan sampah di samping jalan raya di dekat bank BRI. Tiap pagi sampahnya numpuk di jalan raya tidak tertata dan baunya minta ampun. Artinya apa, masih ada habit yang bertahan begitu lama dan tidak mendapat solusi yang baik.

Padahal solusinya cukup simpel untuk membangun sebuah kota asalkan kepala daerahnya visioner. Mungkin itu gambaran kecil.

Suatu saat nanti ketika balik kampung saya punya cita-cita bagaimana Pagaralam menjadi kota wisata spektakuler. Kita bangun tatanan kota. Simpel saja mulai dari marka jalan, trotoar kita bangun yang indah, seperti Kota Palembang yang sudah dibangun sedemikian rupa. Kita bangun akses jalan menuju Gunung Dempo yang merupakan ikon utama Pagaralam. Ticketing yang transparan.

Kita tata spot-spot utama kota Pagaralam agar menarik menjadi lokasi berkumpul masyarakat dan anak-anak muda. Akhirnya jika kota wisata Pagaralam tertata dengan rapi, ujungnya adalah untuk kesejahteraan masyarakat Pagaralam yang saat ini kita tahu juga masih banyak yang kesulitan ekonomi. 

Dengan tumbuhnya wisata, akan tumbuh UKM-UKM baru yang menopang ekonomi masyarakat setempat. Hingga membuat taraf hidup meningkat dan juga pendapatan daerah meningkat di Kota Pagaralam.(*)

Tombol Google News

Tags:

Kiagus Firdaus KIA Mario Aji pagaralam Mediapreneur city branding Pengusaha gunung dempo Moto3 Manajer Jeme