Meneguk Kesegaran Dawet Jembut, Minuman Legendaris Asal Purworejo

Jurnalis: Husni Habib
Editor: Muhammad Faizin

5 Juni 2024 22:20 5 Jun 2024 22:20

Thumbnail Meneguk Kesegaran Dawet Jembut, Minuman Legendaris Asal Purworejo Watermark Ketik
Dawet jembut yang legendaris. (Foto: Husni Habib/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Dawet merupakan minuman khas Jawa yang terkenal memiliki cita rasa yang manis dan segar. Dawet memiliki beberapa jenis tergantung dari daerah asalnya. Tapi dawet satu ini mungkin terdengar asing bagi beberapa orang, yakni dawet jembut.

Bila melihat namanya mungkin terdengar negatif bagi masyarakat Jawa. Akan tetapi di balik namanya, rasa dawet ini tidak kalah segar dengan dawet dari daerah lain. Dawet ini dapat anda nikmati di Pasar Guyub yang digelar di Grand City Surabaya hingga 9 Juni 2024 mendatang.

Salah satu penjaga tenan, Putri mengatakan jika nama Jembut ini merupakan singkatan dari Jembatan Butuh. Dengan nama yang unik tersebut membuat dawet ini cukup ramai pembeli yang penasaran akan rasanya.

"Jembut ini sebenarnya adalah singkatan dari Jembatan Butuh yang ada di wilayah Purworejo. Yang mana ini merupakan daerah asal dawet ini. 

Salah satu yang khas dari dawet ini adalah warnanya yang hitam. Warna hitam ini didapat dari jerami bakar yang menjadi salah satu bahan campuran untuk adonan dawet. 

 

Foto Wafna dawet yang hitam karena terbuat dari jerami bakar. (Foto: Husni Habib/Ketik.co.id)Warna dawet yang hitam karena terbuat dari jerami bakar. (Foto: Husni Habib/Ketik.co.id)

 

Berbeda dari dawet pada umumnya yang menggunakan santan, dawet ini menggunakan susu cair yang membuat rasanya segar dan tentunya lebih sehat. Minuman ini sangat cocok sebagai pelepas dahaga di tengah cuaca Kota Surabaya yang panas.

"Jadi kalau dawet biasa kan warnanya hijau, kalau ini hitam karena adonan dawetnya dicampur dengan jerami bakar. Selain itu kita tidak pakai susu sebagai pengganti santan," tambahnya.

Dawet jembut ini sudah ada sejak tahun 1950 an. Awalnya dawet ini dibuat oleh Mbah Ahmad dan Sri sebagai bekal disaat mereka menggarap sawah. Hingga saat ini dawet ini tetap diteruskan oleh generasi ketiga dari Mbah Ahmad dan Sri.

"Dawet ini sudah lama, sejak tahun 1950 an. Dan sekarang sudah sampai generasi ketiga," pungkasnya.

Salah satu pembeli Poppy mengaku merasa kaget saat mengetahui nama dawet ini. hal inilah yang membuat dirinya tertarik untuk mencoba dawet legendaris ini. Untuk rasa meniritnya dawet ini tidak jauh berbeda dengan dawet yang lain.

"Unik ya namanya walaupun agak jorok. Makanya itu saya tertarik untuk beli," pungkasnya. (*) 

Tombol Google News

Tags:

Kuliner Dawet Jembut Pasar Guyub Minuman segar Grand City Surabaya