Mahasiswa Tak Wajib Skripsi, Begini Tanggapan Rektor Unair

Jurnalis: Shinta Miranda
Editor: Mustopa

31 Agustus 2023 12:50 31 Agt 2023 12:50

Thumbnail Mahasiswa Tak Wajib Skripsi, Begini Tanggapan Rektor Unair Watermark Ketik
Rektor Unair Prof Dr Mohammad Nasih SE MT Ak. (Foto: Instagtagram @mohnasihnunair)

KETIK, SURABAYA – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi atau Kemenristekdikti tidak lagi mewajibkan skripsi sebagai syarat utama kelulusan mahasiswa S1 dan D4 (sarjana terapan). Kebijakan ini disambut positif oleh kalangan kampus.

Rektor Universitas Airlangga (Unair) Prof Dr Mohammad Nasih SE MT Ak mengatakan bahwa Unair menyambut baik terkait kebijakan baru ini. "Mahasiswa bisa menyelesaikan studi sesuai dengan passion dan keahlian mereka," katanya. 

Prof Nasih menerangkan bahwa kebijakan ini bukan menghapus keberadaan skripsi, melainkan memberikan jalan atau pilihan lain bagi mahasiswa. "Jadi sekarang skripsi bukan jalan satu-satunya tapi ada jalan yang lain," terangnya. 

Menurutnya, selain skripsi mahasiswa bisa memilih prototipe, proyek, dan tugas akhir yang setara. Mahasiswa diberikan kebebasan untuk memilih jalur kelulusan masing-masing. 

"Skripsi akan tetap ada, mahasiswa diberikan pilihan lain mau project silahkan, prototype silahkan. Lebih dari itu kami juga sudah memberikan ruang yang cukup luas bagi mahasiswa untuk lulus dari jalan manapun," tutur Prof Nasih. 

Unair sebenarnya telah menerapkan opsi lain pengganti skripsi sebagai syarat kelulusan yaitu berprestasi pada ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas). 

Untuk menjaga orisinalitas, Prof Nasih menjelaskan bahwa prototype maupun project yang dihasilkan harus tetap dinarasikan serta dilarang menjiplak karya orang lain. 

"Apapun produknya tetap harus ada narasinya, dideskripsikan, dan dijelaskan. Orisinalitas menjadi bagian yang tidak bisa ditawar. Tidak boleh plagiasi karya orang lain," jelasnya. 

Mekanisme standarisasi orisinalitas karya perlu disiapkan untuk mendukung kebijakan baru ini. 

"Mekanisme standarisasi orisinalitas bisa ditentukan oleh perguruan tinggi dan program studi. Kalau skripsi ada surat pernyataannya. Tapi kalau menghasilkan produk maka harus ada uji terlebih dulu," paparnya. 

Prof Nasih menambahkan bahwa dalam menjaga orisinalitas minimal tersedia pernyataan dan kesanggupan untuk dipidanakan apabila terbukti plagiasi. Produk juga harus teruji secara valid bahwa karya yang dihasilkan bekerja sesuai apa yang ada. 

“Jadi misal karya yang dihasilkan bisa menjadi pengganti bahan bakar minyak, lalu ketika diuji hasilnya harus valid,” tambahnya.

Terkait tesis dan disertasi yang tidak diwajibkan publikasi, menurut Prof Nasih punya pandangan yang berbeda. Menurutnya publikasi tetap diperlukan untuk menguji keaslian.

“Bentuk paling tepat untuk menguji orisinalitas tesis dan disertasi adalah melakukan publikasi. Jadi harus melakukan publikasi agar masyarakat bisa menilai. Hanya saja bentuknya bisa berbeda dengan yang sebelumnya ada,” ujarnya. 

Sementara untuk meningkatkan kualitas lulusan, Unair saat ini tengah menggarap skema ujian skripsi dengan menghadirkan para praktisi di bidangnya. Rencananya Unair skema ini akan diterapkan tahun depan. 

“Kalau sidang skripsi nantinya tidak hanya diuji oleh dosen tapi juga praktisi. Mahasiswa tidak hanya dinilai bagaimana cara dia menjawab tapi bagaimana komunikasi dan lainnya. Hal ini bertujuan untuk melatih mereka sebelum terjun bekerja,” pungkasnya.(*)

Tombol Google News

Tags:

Unair skripsi dihapus Rektor Unair Rektor Universitas Airlangga Kementerian Pendidikan Prof Nasih