Kondisi Keterjepitan Lahirkan Duet Anies Baswedan-Cak Imin

Jurnalis: Shinta Miranda
Editor: Marno

1 September 2023 12:59 1 Sep 2023 12:59

Thumbnail Kondisi Keterjepitan Lahirkan Duet Anies Baswedan-Cak Imin Watermark Ketik
Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. (Rihad Humala/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Pakar Komunikasi dan Politik Universitas Airlangga Dr. Suko Widodo,Drs, M.Si. mengungkapkan duet Anies Baswedan memilih calon wakil presiden Muhaimin Iskandar atau Cak Imin merupakan lahir dari kondisi keterjepitan. 

"Kalau untuk suara pasangan, yang kejutannya di luar dugaan ya saya kira," paparnya pada Ketik Media, Jumat (1/9/2023). 

Perpindahan Muhaimin ke kubu Anies Baswedan, menurutnya karena kurangnya atensi Prabowo terhadap Cak Imin.

"Ini kan lahir dari kondisi keterjepitan, untuk ke sana kemari. Maka implikasinya juga macem-macem perpindahannya ke Nasdem itu karena Pak Prabowo yang tidak atensi itu," tuturnya. 

Foto Pakar Komunikasi dan Politik Universitas Airlangga Dr. Suko Widodo,Drs, M.Si. (Foto: dok. Ketik.co.id)Pakar Komunikasi dan Politik Universitas Airlangga Dr. Suko Widodo,Drs, M.Si. (Foto: dok. Ketik.co.id)

Menurut Suko, di dunia politik saling ingkar janji merupakan hal yang biasa karena adanya tujuan yang lebih besar. Dalam politik itu perbedaan bisa diselesaikan, ketika punya tujuan besar. 

"Dalam politik itu segala kemungkinan terjadi gitu. Apalagi di menit-menit di akhir seperti ini," ucapnya. 

Suko menjelaskan alasan kuat bahwa Anies Baswedan menggandeng Muhaimin karena kuatnya Partai PKB di Jawa Timur. Keputusan strategis yang diambil Anies Baswedan saat ini untuk mendongkrak namanya di Jawa Timur. 

"Memang suara Pak Anies di Jawa Timur kan rendah, maka berpasangan dengan Cak Imin ada energi baru ada saling melengkapi lah pasangan ini," papar Suko. 

"Saya kira banyak alasan, menurut saya salah satunya karena kita tahu PKB di Jawa Timur cukup digdaya,  sementara itu Pak Anies kan kekuatannya di DKI dan Jawa Barat. Nah di Jawa Timur lemah dengan menggandeng Cak Imin, saya kira potensi Pak Anies makin terdongkrak," tambah Suko Widodo. 

Mengenai partai pengusung seperti Demokrat menjadi terjepit dan tidak bisa menentukan langkah selanjutnya untuk melenggang di Pilpres 2024. 

"Posisi demokrat terjepit kalau dalam posisi ke Pak Prabowo apa mungkin jadi wakilnya. Kalau ke Ganjar apa melakukannya semacam itu," ujar Dosen Ilmu Komunikasi ini. 

Penilaian dari Suko, dari awal Partai Demokrat membidik posisi wakil presiden Anies Baswedan. Namun karena adanya perubahan koalisi ini, Demokrat pasti mengalami kekecewaan. 

"Saya kira kalau lihat statemen politik kayaknya Demokrat masih satu sisi ya kecewa lah pasti. (AHY) masih menginginkan menjadi wakilnya Pak Anies sebetulnya, kalau melihat statement-statement yang muncul," terangnya.

Adanya perubahan wakil presiden Anies Baswedan yang memilih Cak Imin ini akan mengubah peta politik yang tersusun di 2024. Tapi dengan perubahan tersebut terbentuknya kekuatan yang semakin berimbang antara capres. 

"Ya pertautan itu seperti membongkar peta yang lama, tiba-tiba terjadi perubahan itu kan mengejutkan semua pihak. Tapi dengan begitu kekuatan makin berimbang ya, kayaknya," jelasnya. 

Koalisi Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin jelas membongkar koalisi yang sudah dibangun hampir 5 tahun ini. Namun adanya perubahan ini Bacapres Anies Baswedan menjadi koalisi yang dinamis. 

"Seru pasti, makin mendekati hari, koalisi yang dibangun 5 tahun yang lalu menjadi tidak terjadi. Dengan habisnya Pak Jokowi, maka koalisinya menjadi dinamis dan sedang mencari bentuk lah. Kongsi-kongsi lama buyar semua," pungkas Dosen Unair ini. (*)

Tombol Google News

Tags:

Anies Baswedan Muhaimin Iskandar cak imin Koalisi Anies dan Cak Imin Suko Widodo Partai Demokrat Unair Universitas Airlangga pilpres2024 pemilu2024