Khofifah Hadiri Launching Penelitian UTM, Kolaborasi Indonesia-Australia Terkait Hilirisasi Rumput Laut dan Garam

Jurnalis: Moch Khaesar
Editor: M. Rifat

22 Februari 2024 14:10 22 Feb 2024 14:10

Thumbnail Khofifah Hadiri Launching Penelitian UTM, Kolaborasi Indonesia-Australia Terkait Hilirisasi Rumput Laut dan Garam Watermark Ketik
Khofifah Indar Parawansa hadiri pertemuan sivitas UTM dengan Australia untuk penelitian kolaborasi, Kamis (22/2/2024). (Foto: Dokumentasi Pribadi Khofifah)

KETIK, SURABAYA – Universitas Trunojoyo Madura (UTM) melauncing penelitian kolaborasi Indonesia dan Australia. Hal ini membuat Khofifah Indar Parawansa mendukung penuh agar proyeksi ke depan UTM menjadi sentra hilirisasi rumput laut dan garam.

"Ini akan menjadi tantangan tersendiri bagaimana dampak signifikasi dari penelitian multi purpose dari CSSS ini untuk bisa diterima para petani garam," ucap Khofifah, Kamis (22/2/2024).

Bisa jadi ke depan tidak hanya Bangkalan, namun Sampang, Pamekasan dan Sumenep solid dengan agregat Gapoktan garam, bukan lagi secara individu-individu petani garam. Khofifah pun meyakini project ini akan menjadi referensi yang saling bisa memberikan penguatan.

"Semoga sesuai nama program dari Koneksi tentu akan menjadi kunci dari suksesnya seluruh program.
Sesungguhnya saya bahagia melihat program dari RMIT, Koneksi, Global, dan UTM ini karena akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi dari pesisir," jelasnya.

Menurutnya, program budidaya rumput laut dan garam menggunakan panel tenaga surya yang transformatif ini akan meningkatkan peluang mata pencaharian bagi masyarakat pesisir di Pulau Madura.

Khofifah teringat akan pengembangan potensi rumput laut di Sidoarjo, yang kemudian terintegrasi dengan empang ikan. Sedangkan rumput laut menjadi pupuk bagi ikan.

Bahkan, kini telah jadi desa devisa pertama di dua tahun lalu, yang telah sukses eksport pertama ke China, dan kedua ke Australia.

"Bukan karena jumlah nilai ekspornya yang besar waktu itu, saya hadir ke sana untuk menyemangati agar rumput laut bisa export. Kala itu ada tiga pemuda asal Australia, yang membutuhkan raw material," ujarnya.

Kata dia, akhirnya dalam waktu tak terlalu lama berdiri pabrik di Jawa Timur, Agustus 2023 lalu. Yakni pabrik pengolahan rumput laut berbasis empang. Jadi rumput laut tidak ditanam di laut.

"Hal itu sangat berdampak profit bagi para petambak karena tidak butuh lagi pupuk, cukup dari akar rumput laut," ujarnya.

Ke depan juga Khofifah berharap ada lembaga resmi yang kredibel memberikan sertifikasi tentang kadar salinitas garam Madura. 

Dengan nilai kadar garam yang tertentu, dan kadar PH air bersih tertentu, maka penelitian multi purpose ini bisa dikembangkan menuju nilai ekonomis tersendiri.

"Ini akan jadi good news bagi ekonomi Jawa Timur yang dimulai dari petani garam kemudian hilirisasi  rumput laut ini akan luar biasa," ujarnya.

Dalam peresmian proyek bertajuk Memupuk Harapan: Energi Terbarukan, Air Bersih, dan Garam Berkualitas untuk Komunitas Pengolah Garam Madura, Melalui Budidaya Rumput Laut, di Universitas Trunojoyo, ini dihadiri  Konsul Jenderal Australia Fiona Hoggart dan Dr Agus Zein, perwakilan Pemerintah Kabupaten Bangkalan.

Para akademisi dan peneliti terkemuka dari Universitas Newcastle, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta RMIT University juga ikut menghadiri acara tersebut.

Rektor Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Dr Safi SH, MH, merasa bangga dan surprise karena proposal penelitian terpilih dan masuk 38 project penelitian kolaborasi yang disetujui dari 600 proposal yang masuk.

Menurutnya dengan tema petani garam dan rumput laut, menjadi salah satu dari 6 sektor yang memanfaatkan kekuatan alam dan energi produktivitas garam, sebagai warisan berabad-abad.

"Terima kasih kepada konsul Jenderal dari Australia, Fionna Hoggart, Bu Caroline Chine, Janna Hertz,  dari Koneksi, Departemen KKP Pak M Zaki Hasim," ujarnya.

"Kita berharap bahwa proyek penelitian ini akan mampu meningkatkan taraf hidup petani garam di Madura," imbuhnya.

Sementara itu, Fiona Hoggart dalam sambutanya mengatakan dengan program kerja sama ini, mereka dapat mengatasi tantangan, menciptakan peluang baru untuk pertumbuhan, dan meningkatkan taraf hidup di Indonesia dan Australia.

"Istimewanya dari proyek ini ada keterlibatan perempuan dalam komunitas petani garam. Selain mendukung ekonomi inklusi, proyek ini juga meningkatkan produktivitas budidaya rumput laut sekaligus mendukung praktik pertanian garam tradisional," tandas Fiona.

Sementara itu, Prof Wahyudi Agustiono, seorang peneliti dalam proyek ini, menekankan potensi transformatif dari pendekatan holistik terhadap pengelolaan sumber daya pesisir.

"Sistem terpadu ini berpotensi meningkatkan kelestarian lingkungan, ketahanan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat di wilayah pesisir," ujarnya.

Proyek tersebut adalah kolaborasi antara Universitas Newcastle, Universitas Trunojoyo Madura, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta RMIT University, dengan dukungan dari KONEKSI.

KONEKSI adalah sebuah kemitraan antara Australia dan Indonesia untuk memfasilitasi kerja sama antar organisasi penelitian dari kedua negara untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dan inklusif serta mempererat hubungan kedua negara di bidang riset, science dan inovasi. (*)

Tombol Google News

Tags:

Khofifah Indar Parawansa Khofifah UTM Universitas Trunojoyo Madura Madura Hilirisasi Rumput Laut dan Garam garam Rumput Laut