DBD di Pacitan: 219 Kasus, 1 Pasien Meninggal

Jurnalis: Al Ahmadi
Editor: Mustopa

23 April 2024 06:11 23 Apr 2024 06:11

Thumbnail DBD di Pacitan: 219 Kasus, 1 Pasien Meninggal Watermark Ketik
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan foging yang dilakukan warga Lingkungan Ngampel, Kelurahan Ploso, Pacitan bersama pihak-pihak terkait, (23/4/2024). (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

KETIK, PACITAN – Hingga 23 April 2024, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pacitan, Jawa Timur mencatat total 219 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayahnya. Dari jumlah tersebut, 1 orang pasien dinyatakan meninggal dunia.

Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Pacitan, drg. Nur Farida, pasien yang meninggal berasal dari Puskesmas Donorojo.

"Pasien tersebut memiliki komorbid hipertensi dan menolak dirujuk ke RSUD dr. Darsono Pacitan," jelasnya kepada Ketik.co.id, Selasa (23/4/2024).

Lebih lanjut, drg. Farida menjelaskan bahwa meskipun diagnosis utama kematian pasien tersebut bukan DBD, namun DBD menjadi faktor pemicu kondisi pasien yang memburuk.

Sementara itu, untuk wilayah penyebaran kasus DBD di Pacitan, disebut tertinggi berada di tiga kecamatan. 

"Kasus tertinggi di 3 wilayah, yaitu Kecamatan Bandar, Tegalombo, dan Donorojo," ungkapnya.

Melonjaknya kasus DBD di Pacitan diduga akibat beberapa faktor.

Farida menyebutkan, sedikitnya ada beberapa hal sepele yang sering terlupa oleh masyarakat. Yakni genangan air berkepanjangan.

Air yang tertampung dalam wadah di atas tiga hari merupakan pemicu utama perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti di Kota Seribu Satu Gua.

"Jika air tidak tertampu di atas tiga hari, dan tidak segera dibersihkan. Telur nyamuk Aedes aegypti tidak akan mampu menetas," bebernya.

Sarang kawinnya kerap berada di lingkungan sekitar warga. Dari mulai barang bekas, sampah, peralatan sehari-hari hingga tempat minum ternak.

"Nah sering terjadi adalah barang bekas atau sampah yang terisi air dan terus dibiarkan, juga tempat minum hewan dan lainnya. Itu yang perlu diperhatikan agar tidak menjadi sarang nyamuk," sergahnya.

Diketahui, cuaca lembab dan genangan air menjadi tempat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus DBD, untuk berkembang biak.

Melihat melonjaknya kasus DBD di Pacitan, Dinkes Pacitan tetap menghimbau warga untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap DBD. 

"Kudu mewaspadai DBD, terutama di musim penghujan seperti saat ini," ujar drg. Nur Farida.

Dinkes Pacitan juga terus melakukan upaya pencegahan DBD, seperti fogging, edukasi kepada masyarakat, dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Masyarakat diimbau untuk melakukan 3M Plus, yaitu Menguras, Menutup, Mendaur Ulang, dan Plus (memelihara ikan pemakan jentik nyamuk).

Dengan meningkatkan kewaspadaan dan melakukan upaya pencegahan, harapannya dapat menekan angka kasus DBD di Pacitan.

"Deteksi dini dan pengobatan yang tepat dapat mencegah komplikasi dan kematian akibat DBD," pungkas drg. Nur Farida. (*)

Tombol Google News

Tags:

DBD di Pacitan pacitan dinkes pacitan