KETIK, YOGYAKARTA – Sesuai yang telah diagendakan sebelumnya, Selasa 15 Oktober 2024 dilaksanakan tindak lanjut audiensi terkait pengaduan dampak penutupan selokan Van Der Wijck terhadap kegiatan pertanian di lahan pertanian Kabupaten Sleman oleh Aliansi Peduli Petani Sleman (AP2S).
Kegiatan tersebut diikuti kurang lebih sebanyak 80 orang dengan korlap Sutrisno. Dalam kegiatan yang digelar di ruang Banggar lantai 2 DPRD DIY itu, Ketua DPRD DIY Nuryadi menyampaikan, pertemuan ini merupakan rapat lanjutan. Ia berharap apa yang didiskusikan tersebut dapat berguna bagi masyarakat.
"Kita sebagai wakil rakyat untuk menengahi dan mendapatkan solution yang berguna bagi kita semua," ungkap Nuryadi.
Sedangkan salah satu anggota DPRD DIY Yan Kurnia Kustanto mengingatkan bahwa pengguna air selokan Van Der Wijck tidak sepenuhnya sepakat. Penutupan tersebut bukan karena tidak ada air. Namun, jalurnya yang tidak bisa di aliri air.
Oleh karena itu ia berharap dari eksekutif untuk mencari solusi yang terbaik. Mengingat jika bicara tentang air artinya bicara tentang kehidupan semua masyarakat. Karena petani-petani itulah yang menunjang kehidupan semua masyarakat.
Dalam kesempatan ini, perwakilan dari BBWS SO, Suparno menyatakan pada prinsipnya kehadiran mereka mencari win win solution serta tidak ada satu pemikiranpun untuk merugikan rakyat.
"Saluran Van Der Wijck terdapat sendimen, sampah, erusi, dan kerusakan sehingga kita perlu mengeringkan untuk memperbaikinya," jelasnya.
Ia tambahkan, untuk perbaikan aliran air dari hulu sampai hilir mereka membutuhkan waktu sekitar 1 bulan di selokan Van Der Wijck dan 1,5 bulan di selokan Mataram.
"Namun, jika disuruh untuk membuka aliran air kami bisa. Tetapi kami minta jaminan bagaimana dengan perbaikannya ataupun perawatannya," kata Suparno.
Sedangkan Korlap Aliansi Peduli Petani Sleman Sutrisno mennanyakan jangka waktu perawatan/pembangunan bangunan Van Der Wijck ataupun selokan Mataram, apakah setiap 1 tahun, 5 tahun atau berapa tahun sekali.
Kesimpulan audensi Aliansi Peduli Petani Sleman ke DPRD DIY. (Foto: Olivia/Ketik.co.id)
Ia ungkapkan pemeliharaan yang dilakukan untuk kerusakan ekstrim, tapi para petani termasuk dirinya juga merasakan dampak yang sangat ekstrim. Yakni kerugian atas pemeliharaan yang dilaksanakan, baik dari sektor pertanian, perikanan, hortikultura, dan lain-lainnya.
Ia mengaku tidak setuju adanya istilah win win solution jika saluran tetap ditutup. "Kita tidak menolak adanya pembangunan. Tetapi apakah terpikir dampak kerugian yg disebabkan dengan pembangunan?," jelasnya.
Untuk itu pihaknya meminta air selokan Van Der Wijck dialirkan kembali. Pernyataan Sutrisno tadi kembali ditanggapi oleh Suparno. Ia sebutkan kehadiran BBWS SO untuk membangun keberlangsungan masyarakat semua.
Diungkapkan kondisi saluran Van Der Wijck ataupun Mataram saat ini mengalami kerusakan atas dampak pembangunan yang lain.
"Mari berdiskusi dengan hati dan kepala yang dingin untuk mendapatkan win win solution, seperti jadwal tanam dan lain-lainnya. Jika kita tidak melakukan perawatan/perbaikan sekarang pasti kerugian akan menjadi lebih besar," tuturnya.
Ia tambahkan, pihaknya akan membuka diri untuk permasalahan ini dan berharap dapat berdiskusi untuk lebih baik lagi kedepannya.
Hasil Kesepakatan
Setelah melalui diskusi yang hangat akhirnya disepakati Rabu 16 Oktober 2024 pukul 00:00 WIB selokan Van Der Wijck dibuka kembali. Selanjutnya pemeliharaan, perbaikan, renovasi dan lain-lain, dilaksanakan dalam durasi satu bulan dalam 5 tahun.
Serta diberikan waktu 10 hari untuk menetapkan waktu penutupan antara Aliansi Peduli Petani Sleman dengan dinas terkait.
"Tinggal menentukan bulan pematian selama satu bulan untuk 5 tahun mendatang. Biar tidak mengganggu siklus pertanian, kita di beri waktu 10 hari," kata Sutrisno.
Selain menyangkut selokan Van Der Wijck, hingga berita ini ditulis belum ada kabar yang pasti terkait rencana penutupan sementara aliran selokan Mataram Rabu besok, 16 Oktober 2024.
Saat dihubungi, Sutrisno menyampaikan, seharusnya ikut ditunda dulu selama10 hari. Karena menyangkut petani Sleman. Namun, saat ditanya lebih jauh apa tadi tidak turut dibahas, ia menjawab 'kelalen' (kelupaan). (*)