3 Tantangan Pendidikan Tinggi di Indonesia Menurut Dirjen Diktiristek

Jurnalis: Husni Habib
Editor: Mustopa

5 Mei 2024 10:54 5 Mei 2024 10:54

Thumbnail 3 Tantangan Pendidikan Tinggi di Indonesia Menurut Dirjen Diktiristek Watermark Ketik
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Diktiristek), Kemendikbudristek, Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris, M.Sc., saat menjadi pembicara di FGD Unesa. (Foto: Humas Unesa)

KETIK, SURABAYA – Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Diktiristek), Kemendikbudristek, Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris, M.Sc. menyebut pendidikan tinggi di Indonesia menghadapi tiga tantangan yaitu kesenjangan akses, kesenjangan kualitas, dan kesenjangan relevansi.

Terkait kesenjangan akses, Dirjen Diktiristek menyebutkan angka partisipasi kasar akses pendidikan tinggi di Indonesia ada di kisaran 30-40%. Artinya, jumlah lulusan SMA/SMK/sederajat yang kuliah masih terbatas. Angka tersebut masih di bawah Vietnam dan Thailand, apalagi Singapura. 

Kemudian jumlah PTN dan PTS di Indonesia terbilang fantastis yaitu sekitar 4.356 perguruan tinggi. Banyaknya perguruan tinggi menimbulkan kesenjangan kualitas, baik dari aspek pembelajaran hingga pengajarnya.

Selanjutnya kesenjangan relevansi perguruan tinggi. Namun, dengan hadirnya program merdeka belajar, kesenjangan antara lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia industri semakin dipersempit. 

"Oleh sebab itu saat ini fokus kita meningkatkan angka partisipasi akses pendidikan tinggi, meningkatkan mutu dan relevansi, dan meningkatkan mutu dosen dan tenaga kependidikan," jelasnya dalam FGD Bulan Pendidikan di Unesa, Sabtu (4/5/2024).

"Ini pekerjaan besar yang sudah kita lakukan untuk memecahkan tiga persoalan prioritas tadi,"sambungnya.

Kompleksnya tantangan saat ini dibutuhkan kerja sama dan kolaborasi yang kuat seluruh stakeholder pendidikan tinggi dalam menjawab permasalahan prioritas melalui misi bergerak bersama lanjutkan merdeka belajar. 

Guru Besar Geofisika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia itu mengapresiasi komitmen Unesa PTNBH untuk menjadi world class university. 

Ada beberapa yang perlu diperhatikan untuk menjadi perguruan tinggi berkelas dunia yaitu pengajaran berstandar internasional, penelitian yang diakui dunia, kapasitas inovasi yang mampu menyelesaikan persoalan bangsa. 

“Menjadi PTNBH berkelas dunia ada banyak tantangannya seperti dana, kualitas SDM, fasilitas dan infrastruktur pembelajaran dan penelitian, pemenuhan keinginan dosen, kualitas mahasiswa yang tidak merata hingga tidak kuatnya sinergi,” tambahnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh rektor Unesa Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes., Merdeka belajar bukan sekadar kata-kata, tetapi semangat yang membara dalam diri setiap individu untuk terus belajar berkembang dan menginspirasi. 

"Merdeka belajar mengajarkan bahwa belajar tidak hanya terjadi di dalam kelas, tetapi dimanapun bisa belajar dan berkembang," paparnya.(*)

Tombol Google News

Tags:

Pendidikan Unesa Bulan Pendidikan Mutu Pendidikan Tinggi PTNBH Kesenjaan Pendidikan