3 Dosen Unusa Ajarkan Santri Ponpes Tahfidz Sulaimaniyah Surabaya Deteksi Kesehatan mental

Jurnalis: Moch Khaesar
Editor: Muhammad Faizin

11 Oktober 2023 10:55 11 Okt 2023 10:55

Thumbnail 3 Dosen Unusa Ajarkan Santri Ponpes Tahfidz Sulaimaniyah Surabaya Deteksi Kesehatan mental Watermark Ketik
Dosen Unusa ini ajarkan deteksi dini kesehatan mental melalui aplikasi, Rabu (11/10/2023). (Foto : M.Khaesar/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Jumlah remaja yang mengalami indikasi gangguan mental kian memprihatinkan. Berdasarkan data dari peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM), setidaknya 5 persen remaja yang mengalami gangguan mental. Kondisi ini mendorong tiga dosen dari Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) melakukan pengabdian masyarakat (Pengmas) deteksi dini kesehatan mental.

Mereka adalah Dr. Ir. Rr. Akas Yekti Pulih Asih M.Kes., M.M., Endang Sulistiyani, S.Kom., M.Kom., dan Andikawati Fitriasari, S.Kep.Ners., M.Kep. yang melakukan penelitian melalui aplikasi di Yayasan Tahfidz Sulaimaniyah Surabaya.

"Padatnya aktivitas santri penghafal Al-Quran, serta belum banyak yang mengenali indikasi gangguan mental, melandasi kami melakukan upaya edukasi pentingnya kesehatan mental serta pelaksanaan deteksi dini kesehatan mental. Agar santri lebih peka dalam saling menjaga kondisi mental sesama” ucap salah satu dosen, Dr. Ir. Rr. Akas Yekti Pulih Asih M.Kes., Rabu (11/10/2023).

Akas menjelaskan banyak masyarakat yang mengenali, cara mengatasi masalah gangguan mental hanya dengan mengurung diri dan tidak bisa bergaul. Namun sayang sekali banyak penderita gangguan mental di luar sana yang bisa melaksanakan pekerjaan dan tuntutan sekolah dengan sangat baik.

"Sehingga harapannya dengan kegiatan ini santri dapat mengenali serta mengurangi stigma kesehatan mental di kalangan santri," ucap Akas.

Pengabdian masyarakat yang diadakan oleh dosen serta mahasiswa Kesehatan Masyarakat (kesmas) Unusa ini mendapatkan pendanaan dari Kemendikbud-ristek.

Akas menjelaskan, pelatihan deteksi dini kesehatan mental memanfaatkan sistem informasi yang bernama Siskestren (Sistem Informasi Kesehatan Posantren). Sistem Informasi ini merupakan survei Kesehatan Pondok Pesantren dan merupakan salah produk yang diciptakan Ketua Program Studi S1 Kesmas Unusa, Dwi Handayani.

"Sistem ini dapat dimanfaatkan Pondok Pesantren untuk melakukan survei kesehatan pada santri secara berkala," jelas Akas.

Siskestren merupakan survei berkala kesehatan pada santri melalui aplikasi yang kami kembangkan. Hal ini agar pondok pesantren dapat melakukan pencatatan dan pelaporan kesehatan santri secara mandiri. "Diharapkan dapat mendukung kegiatan pondok pesantren khususnya dibidang kesehatan," jelasnya.

Setelah diberikan edukasi, pada tanggal 1 Oktober 2023 telah dilaksanakan deteksi dini kesehatan mental santri oleh santri husada didampingi oleh Tim Pengabdian Masyarakat yang terdiri dari dosen dan mahasiswa Unusa.

Sebanyak 6 Santri Husada ini sebelumnya telah mendapatkan pelatihan penggunaan Siskestren dalam melakukan deteksi dini kesehatan mental. "Selain itu santri husada juga diberi pelatihan tentang cara pengukuran antropometri, suhu dan berat badan yang benar serta cara mengukur tekanan darah," jelas Akas.

Ustad Muyhi, pengurus Pondok Pesantren Sulaimaniyah, mengaku bersukur dengan adanya kegiatan pengmas yamg dilakukan dosem Unusa. Karena pondok pesantren kebanyakan masih kesulitan untuk mengurus tentang kesehatan mental. Dengan adanya program yang dilakukan ini pondok pesantren bisa dengan mudah mengetahui kesehatan santrinya.

"Jadi dapat dilanjutkan dengan ahlinya, kemudian lebih mudah untuk kami dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan yang ada di pondok pesantren. Sekali lagi kami mengucapkan terima kasih banyak," ucap Akas. (*)

Tombol Google News

Tags:

kesehatan mental Mental Unusa NU Nahdlatul Ulama Surabaya Surabaya