Suro: Antara Tradisi dan Religi

Editor: Mustopa

8 Juli 2024 00:05 8 Jul 2024 00:05

Thumbnail Suro: Antara Tradisi dan Religi Watermark Ketik
Oleh: M. Zainuddin*

Istilah suro yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia khususnya Jawa, berasal dari ‘asyura (bahasa Arab) yang berarti kesepuluh (maksudnya tanggal 10 bulan suro). Istilah itu kemudian dijadikan sebagai bulan permulaan hitungan dalam takwim jawa.

Sementara itu dalam Islam, istilah suro sebagaimana yang telah dipahami oleh mayoritas masyarakat Islam, adalah bulan Muharam. Muharam adalah bulan yang telah lama dikenal sejak pra Islam. Kemudian di zaman Nabi hingga Umar Ibn Khattab di resmikan sebagai penanggalan tetap Islam.

Secara bahasa Muharam berarti bulan yang diutamakan dan dimuliakan. Muharam penuh dengan berbagai peristiwa sejarah baik kenabian maupun kerasulan. Kenapa disebut suro? Karena dalam bulan ini berbagai peristiwa penting terukir dalam sejarah. 

Beberapa peristiwa penting terkait dengan suro itu misalnya peristiwa para Nabi dan Rasul Allah. Nabi Adam as. diterima taubatnya ketika masih berada di surga dan ketika itu pula Adam dan Hawa sedang beribadah kepada-Nya. Nabi Idris memperoleh derajat luhur atas sikap kasih sayangnya terhadap sesamanya.

Nabi Nuh terlindungi dari bahaya banjir bersama umatnya yang patuh. Nabi Ibrahim terhindar dari bahaya api dan fitnah raja Namrud. Nabi Yusuf bebas dari tahanan raja Mesir akibat tuduhan zina dengan Dewi Zulaichah. Nabi Ya’qub sembuh dari penyakit mata karena menangisi anaknya Yusuf yang telah lama menghilang.

Nabi Yunus bisa keluar dari perut ikan Hiu, sebagai tempat persembunyiannya ketika ia dikejar-kejar umatnya. Nabi Sulaiman memperoleh istana indah. Nabi Daud disucikan dari segala dosanya.

Nabi Musa memperoleh anugerah kitab Taurat ketika berada di bukit Tursina (Sinai), demikian pula ia selamat dari kejaran Fir’aun dan kaumnya (bani Israil). Nabi Muhammad SAW memperoleh Al-Quran sebagai pegangan hidup bagi umatnya sepanjang masa.

Setiap menyambut bulan Muharram, umat Islam sedunia menyadari pentingnya makna bulan. Sejak itu pula Muharam yang menjadi permulaan bulan diperingati sebagai awal kebangkitan.

Di bulan ini, sambil memperingati tahun baru hijriah, umat Islam menyelenggarakan berbagai kegiatan Islami yang bermanfaat. Imbasnya pun ke Indonesia, berbagai seminar dalam satu dasawarsa ini diadakan di mana-mana untuk menyambut abad kebangkitan, majlis-majlis ta'lim dst.

Hakikat Muharram

Apa sejatinya makna di balik tahun baru hijriah yang penuh anugerah dan kemuliaan itu? Tahun baru hijriah atau Muharam sering kita jadikan sebagai momentum untuk menempatkan kita sebagai lakon dalam sejarah kemanusiaan. Setiap kali ingat Muharam kita menjadi optimis, karena pada momen itu Islam pernah membawa bendera peradaban dunia. 

Pada bulan Muharam itu pula Tuhan membuka luas rahmat-Nya, sehingga manusia dianjurkan untuk berlomba-lomba memperoleh rahmat itu. Tetapi sayang, kebanyakan orang tidak paham dengan peristiwa itu. Mereka justru banyak melakukan penyimpangan-penyimpangan pada bulan itu. Mereka juga tidak bisa menangkap kata-kata bijak dari moyang kita dulu. Ungkapan mandi dalam 1 suro itu saja juga disalahmengertikan. Lalu apa arti mandi itu?

Mandi berarti membersihkan dan mensucikan kotoran atau najis. Ini berarti isyarat bahwa pada malam 1 suro itu orang harus mensucikan dirinya dari segala dosa dan perbuatan munkarat-nya dengan memohon magfirah Allah Sang Maha pengampun. Kemudian meniti hidup baru dengan langkah yang lebih positif serta semangat baru pula.

*) M. Zainuddin adalah Profesor Sosiologi Agama, Rektor UIN Maliki Malang

**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis

***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id

****) Ketentuan pengiriman naskah opini:

  • Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.co.id.
  • Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
  • Panjang naskah maksimal 800 kata
  • Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
  • Hak muat redaksi.(*)

Tombol Google News

Tags:

opini Zainuddin Rektor UIN Malang UIN Malang