Solusi Kelainan Tulang Belakang pada Anak, Mahasiswa UB Ciptakan PostureCare

Jurnalis: Lutfia Indah
Editor: Gumilang

29 Juni 2024 03:00 29 Jun 2024 03:00

Thumbnail Solusi Kelainan Tulang Belakang pada Anak, Mahasiswa UB Ciptakan PostureCare Watermark Ketik
PostireCare untuk mengatasi kelainan tulang belakang pada anak garapan mahasiswa UB. (Foto: Humas UB)

KETIK, MALANG – Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) berhasil menciptakan inovasi bernama PostureCare. Inovasi tersebut menggunakan teknologi Internet of Things (IoT) untuk terapi kifosis postural pada anak-anak.

Melalui PostureCare, diagnosa medis terkait kondisi tulang belakang yang bungkuk dapat dilakukan. Postur tulang belakang anak-anak dengan usia 7-11 tahun dengan kifosis dapat terpantau dan terkoreksi. 

Alat tersebut dilengkapi dengan sensor untuk mendeteksi kesesuaian posisi, sudut tulang belakang, dan terapi kompres panas pereda nyeri. Sensor gyroscope MPU6050 ditempatkan di beberapa titik pada tubuh. 

"Tiga sensor berfungsi mendeteksi kesalahan posisi tulang belakang, sementara satu sensor memonitor perubahan sudut tulang belakang harian pasca terapi,” ujar Farid Hardiansyah selaku Ketua TIM Peneliti PKM Karya Inovatif (KI), Sabtu (29/6/2024). 

Tim peneliti PKM KI terdiri dari Mochamad Saiful Anwar (Ilmu Keperawatan), Farid Hardiansyah, Refaldi Ananta Afif, Stephania Angelica, dan Irfan Aditya (Teknik Elektro). 

Menurut Farid, data sensor dapat diproses melalui Mikrokontroler ESP32 dengan output modul getar, lampu LED, dan heater. Apabila ditemukan posisi tulang belakang yang salah, alat tersebut memberikan peringatan berupa getaran dan cahaya. 

Data dari perangkat ini disajikan dalam grafik harian melalui aplikasi yang terhubung dengan WhatsApp bot. Dengan demikian orang tua dan terapis dapat langsung melacak kemajuan terapi.

“Kami menerapkan Pendekatan Chronic Care Model dengan fokus pada kesejahteraan pasien dan keluarga. Salah satu fitur utamanya adalah pemberian kalimat motivasi yang berbeda setiap hari melalui WhatsApp bot dan aplikasi," tambahnya. 

Tim telah menerapkan fungsi inovasi tersebut terhadap pasien di Desa Sumbersekar, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Dalam tiga hari sekali, tim akan memantau kondisi pasien langsung dan memberikan terapi sekaligus penghargaan dalam bentuk Bintang jika anak berhasil memenuhi misi harian pada panduan dan buku harian “My Bone."

"Keluarga mendapatkan edukasi, konsultasi, dan dukungan emosional melalui berbagai modul dan aplikasi. Ini membantu dalam mendeteksi masalah secara dini, melibatkan keluarga secara langsung, dan mengatasi gangguan tulang belakang,” katanya. 

Kini tim tengah berupaya untuk mengajukan HAKI pada tiga buah modul untuk keluarga, pasien, serta tenaga kesehatan, satu manual book, dan dua program komputer berupa WhatsApp Bot Care serta Aplikasi. 

"Semoga PATEN yang kami ajukan sebanyak tiga draft juga disetujui dalam waktu dekat ini,” lanjutnya. 

Ia berharap melalui PostureCare, anak-anak dengan kifosis maupun tidak, mendapatkan upaya pencegahan dan penanganan untuk meminimalisir risiko komplikasi di masa depan. 

"Inovasi ini menjadi jawaban terhadap tantangan kesehatan yang muncul akibat perubahan gaya hidup selama pandemi. Kami membawa terobosan dalam terapi dan pemantauan kelainan tulang belakang khususnya pada Kifosis,” tutup Farid. (*)

 

Tombol Google News

Tags:

Kelainan Tulang Belakang Anak Mahasiswa UB Universitas Brawijaya