Ratusan Mahasiswa UB Akses Layanan Konseling, Pencegahan Bunuh Diri Jadi Sorotan

Jurnalis: Lutfia Indah
Editor: Mustopa

6 Juni 2024 07:18 6 Jun 2024 07:18

Thumbnail Ratusan Mahasiswa UB Akses Layanan Konseling, Pencegahan Bunuh Diri Jadi Sorotan Watermark Ketik
Ulifa Rahma, Kasubdit Konseling Pencegahan Kekerasan Seksual dan Perundungan UB (Foto: Lutfia/Ketik.co.id)

KETIK, MALANG – Dalam setahun terakhir terdapat hampir 800 mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) yang mengakses layanan konseling. Dari jumlah tersebut 40-70 persen di antaranya mengalami beragam masalah. 

Ulifa Rahma, Kasubdit Konseling Pencegahan Kekerasan Seksual dan Perundungan UB menjelaskan, persoalan yang banyak dikeluhkan terkait keluarga, pribadi, perkuliahan, hingga karier.

"Dalam setahun ada 500-800 mahasiswa yang sudah ditangani. Konsultasi masalah, persentasenya 40-70 persen. Masalah yang terjadi tidak hanya di lingkungan kampus atau belajar tapi juga masalah keluarga, pribadi atau sosial di masa lampau," ujar Ulifa, Kamis (6/6/2024). 

Tak jarang terdapat mahasiswa yang masih mengalami trauma atas kejadian di masa lampau. Hal tersebut dapat memengaruhi kehidupannya di masa kini. 

"Mungkin pada masa SD, SMP, atau SMA pernah mengalami situasi yang tidak mengenakkan atau situasi traumatis, kita tangani juga. Karena itu bisa membawa dampak ketika pada saat kuliah," lanjutnya. 

Melihat banyaknya mahasiswa yang membutuhkan pertolongan, Layanan Konseling UB tetap berfokus pada upaya pencegahan bunuh diri.

Terlebih pada Desember 2023 lalu UB harus menerima kenyataan pahit terkait salah satu mahasiswanya yang nekat bunuh diri dengan terjun dari lantai 12 gedung Filkom. 

"Masalah bunuh diri ini trigger-nya variasi. Kita semaksimal mungkin melakukan pencegahan. Misal pasca kasus kemarin kita tindak lanjut dengan koordinasi fakultas dan keluarga. Mau enggak mau masalah tidak hanya datang dari kampus tapi juga bisa dari keluarga," lanjutnya. 

Tak hanya menyediakan layanan psikolog, psikiater, dan konsultan hukum, UB juga menyediakan perawat jiwa, serta peer counselor yang berasal dari mahasiswa. Ulifa menyadari bahwa tidak semua mahasiswa berani untuk mengakses layanan konseling. 

Mengatasi hal tersebut, survei dan juga peer counselor menjadi salah satu jalan keluar yang dilakukan sebagai upaya mitigasi upaya bunuh diri. Setiap tahunnya, dosen Pembimbing Akademik (PA) juga mendapat pelatihan selama dua kali untuk identifikasi masalah yang dialami mahasiswa. 

"Kita bekali Dosen PA untuk dapat mengidentifikasi masalah yang ada di mahasiswa PA. Selanjutnya ketika butuh rujukan bisa langsung ke kami," tambahnya. 

Ulfa juga menjelaskan fungsi peer counselor cukup penting. Terlebih setiap fakultas memiliki tren ataupun permasalahan yang berbeda-beda. 

"Tahun ini ada 89 peer counselor yang terbagi di masing-masing fakultas. Mereka tigasnya sebagai agen perubahan di mana membantu melakukan pencegahan, psikoedukasi, maupun pemetaan kebutuhan," katanya. 

Mahasiswa yang memiliki keluhan maupun beragam persoalan diimbau untuk dapat memberanikan diri dalam mengakses layanan konseling yang disediakan oleh pihak kampus itu. 

Layanan tersebut dapat diakses secara online pada konseling.ub.ac.id atau melalui tatap muka di Gedung Rektorat UB lantai 1 setiap hari Senin sampai Jumat.(*)

Tombol Google News

Tags:

Ulifa Rahma Layanan Konseling UB Universitas Brawijaya Cegah Bunuh Diri Mahasiswa Bunuh Diri Kota Malang