Prevelensi Stunting Jatim Masih Tinggi, Dinkes Targetkan Turun hingga 14 Persen

Jurnalis: Moch Khaesar
Editor: M. Rifat

15 Mei 2024 13:32 15 Mei 2024 13:32

Thumbnail Prevelensi Stunting Jatim Masih Tinggi, Dinkes Targetkan Turun hingga 14 Persen Watermark Ketik
Proses pengukuran lengan atas pada balita dilakukan Wakil Rektor 2 Unusa Muhammad Faqih, Rabu (15/5/2024). (Foto: Khaesar/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Angka prevelensi stunting di Jawa Timur telah mengalami penurunan 1,5 persen dibandingkan 2022. Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur yakin angka itu bisa terus turus hingga 14 persen tahun ini sesuai target nasional.

"Kalau dilihat data angka prevelensi tahun 2022 kita mencapai 19,2 persen, sedangkan tahun 2023 turun 1,5 persen menjadi 17,7 persen. Kami yakin bisa memenuhi target stunting di Jawa Timur," ucap Waritsah Sukarjiyah, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur usai mengisi acara Temu 1001 Ning dukung generasi bebas wasting yang digelar di Unusa Tower Lantai 9 Surabaya, Rabu (15/5/2024).

Untuk menekan angka prevelensi tersebut, Dinkes Jatim menyiapkan tim percepatan penurunan stunting.

"Ada arahan langsung dari Asisten 1 Pemprov Jatim untuk melakukan penguatan dan pendampingan pada ibu hamil dengan pemberian pil penambah darah," tambah Waritsah saat menghadiri acara yang digelar LPPM Unusa dengan Unicef tersebut.

Foto Pengukuran lengan atas balita sebagai pengukur gizi untuk mencegah Wasting, Rabu (15/5/2024). (Foto: Khaesar/Ketik.co.id)Pengukuran lengan atas balita sebagai pengukur gizi untuk mencegah Wasting, Rabu (15/5/2024). (Foto: Khaesar/Ketik.co.id)

Waritsah menjelaskan, Dinkes Jatim juga akan mencanangkan pemberian Multi Nutri Suplemen (MNS) untuk ibu hamil. "InsyaAllah 38 kabupaten/kota akan mendapatkan MNS tersebut, kemudian ada tiga kabupaten, Lumajang, Situbondo dan Kediri mendapatkan pendampingan khusus dari Unicef," tambahnya.

Pendampingan ini dikarenakan saat ini banyak populasi ibu hamil dan bayi di kabupaten tersebut. Dan pencegahan stunting sejak dini perlu dilakukan.

Salah satu cara menekan angka stunting  yang dilakukan Unicef yakni dengan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap gizi kurang dan gizi buruk alias wasting. Peningkatan kesadaran ini dengan menggandeng beberapa kampus. Seperti Unusa dan Universitas Brawijaya.

"Kami kenalkan terminologi wasting sebelum stunting. Ini kondisi di mana balita mengalami gizi buruk sebelum stunting. Jadi kalau tak ditangani dengan cepat maka menjadi stunting," kata Chief Field Office Unicef Arie Rukmantara.

Arie menjelaskan, pemerintah juga mulai mengkampanyekan cegah wasting sebelum stunting.

"Di Jawa Timur sudah berjalan cegah dini stunting, saat ini pencegahan dilakukan lebih awal lagi. Yaitu pencegahan terhadap wasting," ungkap Arie.

Arie berharap kampanye ini bisa sampai ke seluruh elemen masyarakat terlebih ibu-ibu muda. Sehingga tidak ada lagi bayi atau balita yang terkena stunting, baik itu di wilayah perkotaan, pedesaan hingga kepulauan.

"Upaya ini untuk mendukung upaya penurunan stunting di Jawa Timur," bebernya.

Sementara itu, Rektor Unusa Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng., menjelaskan masalah stunting ini bukan hanya masalah yang harus diperhatikan dari dinkes. Namun, perlu adanya perhatian dari berbagai pihak seperti akademisi hingga NGO seperti Unicef.

"Kerja sama Unusa dan Unicef sudah 4 tahun, dari sini kita sudah berusaha untuk menurunkan angka stunting di Jawa Timur jadi hal ini membuat kami yakin untuk terus mengatasi stunting ini di Jatim," ucapnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

Westing Stunting UNICEF Stunting di Jatim Jawa timur Unusa LPPM Unusa