Perjodohan dalam Pernikahan Perspektif Segitiga Cinta Robert Sternberg

Editor: Naufal Ardiansyah

10 Juni 2023 06:09 10 Jun 2023 06:09

Thumbnail Perjodohan dalam Pernikahan Perspektif Segitiga Cinta Robert Sternberg Watermark Ketik
Oleh: Ahmad Syauqi AR*

“Perjodohan itu tidak ada dalam kamus hidupku. Aku ini aktivis. Aku teriak setiap hari soal penindasan. Soal memperjuangkan hak asasi. Kawan-kawan menertawakanku karena aku tidak bisa memperjuangkan masa depanku sendiri. Semua kawanku kecewa dengan perjodohan ini.” (Novel Hati Suhita)

Masih relevankah perjodohan pada masa kini?

Bisakah cinta hadir dalam pernikahan karena perjodohan?

Bagaimana hubungan interpersonal pasangan yang dijodohkan?
Beragam pertanyaan akan muncul dalam benak kita saat mendengar kata ‘perjodohan’. Beberapa anak di era milienial sekrang ini mungkin memiliki padangan yang menolak tentang pernikahannya bila harus dijodohkan. 

Beberapa mungkin akan bersikap agresif dalam penolakan tersebut. Beberapa mungkin juga akan bersikap pasif dan menerima dengan berat hati perjodohan tersebut.

Cuplikan dialog diatas adalah salah satu bentuk respon seseorang yang masa depan pernikahannya harus dijodohkan oleh orang tua nya. Meski hanya sebuah cuplikan dialog dalam sebuah novel, tapi apa yang ingin disampaikan telah mewakili suara para pelaku perjodohan dalam kehidupan nyata.

Banyaknya contoh institusi keluarga yang dibangun dari perjodohan, beragam masalah pasti mewarnai perjalanan bahtera rumah tangga. Dapat kita ambil contoh pernikahan yang dialami oleh pasangan dari Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng (Putusan PA WATAN SOPPENG, 2020). 

Pasangan tersebut memulai hubungan rumah tangganya dengan penuh perselisihan dan pertengkaran yang mebuat keduanya tidak dapat rukun. Sehari setelah pernikahnnya, mereka memutuskan untuk pisah ranjang selama empat bulan, hingga akhirnya keduanya resmi bercerai pada 10 Maret 2020.

Contoh perjodohan pasangan dari Lalabata ini, bila kita lihat menggunakan teori segitiga cinta Robert Sternberg, dapat terlihat jelas bahwa pada pernikahan yang dijalani kedua pasangan suami istri ini tidak terhimpun komponen-komponen cinta didalamnya. 

Komponen cinta yang dimkasudkan oleh Robert Sternberg berupa kedekatan (intimacy), hasrat (passion) dan komitment (commitment). Ketiganya dihubungkan oleh Stanberg dengan bentuk segitiga. Sinergi ketiga komponen itu akan membawa seseorang kepada cinta yang sempurna (consummate love) (Laksono, 2022). 

Bentuk hubungan yang dijalani kedua pasangan tersebut termasuk dalam kategori Empty Love, karena pada hubungan pernikahn mereka tidak terjalin keintiman dan hasrat sebagai komponen pelengkap dari komitmen mereka menjalani pernikahan menuju cinta yang sempurna.

Empty Love yang dijalani pasangan ini dapat dilihat dari keputusan mereka untuk menikah, pernikahan tersebut tidak mereka landaskan rasa suka, melainkan untuk menyenangkan kedua orang tua dari pasangan. 

Sejak awal pernikahanya, mereka sudah merasa tidak nyaman, tidak terbuka sebagai pasangan suami istri, tidak belajar memahami satu dengan lainnya, mengakibatkan mereka berselisih paham dan bertengkar serta mengabaikan tugas dan kewajibannya sebagai pasangan suami istri. Ujungnya, bahtera rumah tangga yang mereka jalani harus berakhir dengan perceraian.

Empty Love sebagaimana yang dijelaskan oleh Sternberg bisa karena akhir sebuah hubungan yang mulai terkikis seiring berjalannya waktu, bisa juga merupakan awal dari sebuah hubungan, dimana bila kedua pasangan tersebut mau terbuka, mulai belajar memahami satu sama lain, hubungan itu akan mendatangkan komponen cinta yang lainnya, yaitu keintiman dan hasrat. Sebaliknya, bila pasangan tidak terbuka dan tidak mampu memhami satu sama lainnya, hubungan tersebut akan hampa.

Dalam contoh lain, yang diteliti oleh Ayuni Sundari dalam bentuk artikel jurnal, terdapat empat sampel keluarga yang menjalani pernikahan karena perjodohan. Keempat sampel keluarga itu diambil di daerah Buntet Pesantren, mereka adalah Ibu Nyai Mahmudah, Teti Lutfiah, Maya dan Kang Wildan Lutfi. 

Keempat orang ini sama-sama menjalani pernikahannya dengan dijodohkan sebab tradisi didaerah mereka masih kental dengan perjodohan dalam membangun pernikahan (Sundari, 2022). 

Hal menarik dari keempat sampel ini adalah mereka berhasil menjalani pernikahannya walaupun dengan dasar perjodohan oleh orang tua mereka. Berdasarkan keterangan yang diperoleh, Ibu Nyai Mahmudah menjalani pernikahnnya dengan ikhlas, saling percaya, saling jujur, menerima apa adanya pasangannya dan tidak saling menyalahkan ketika ada masalah. 

Lain halnya yang dilakukan Teti Lutfiah, selama menjalani hubungannya, ia selalu menjaga komunikasi dengan pasangannya untuk membentuk rasa percaya satu sama lain dan rasa saling pengertian. 

Selanjutnya keterangan yang disampaikan oleh Maya adalah sering berkomunikasi, bercanda, melakukan quality time, bercerita meskipun hal sepele, dan tidak membandingkan pasangan dengan orang lain. Sedangkan yang dilakukan oleh Kang Wildan Lutfi adalah saling terbuka satu sama lain baik diwaktu senggang atau ketika bekerja.

Dari keempat contoh keluarga tersebut, sekalipun hubungan pernikahan mereka diawali dengan perjodohan, bila ditinjau dengan teori segitiga cinta Sternberg, mereka mengawali pernikahan mereka dengan komitmen, dan mereka mampu mengahdirkan keintiman dan bahkan hasrat mereka. Sehingga hubungan pernikahan mereka mendekati cinta yang sempurna dengan adanya tiga komponen cinta menurut Robert Sternberg. 

Keputusan mereka menerima menikah adalah bentuk komitmen yang mereka bangun. Adanya ketertarikan satu sama lainnya juga bentuk hasrat yang dibangun. Dan meluangkan waktu bersama, bercerita, bercanda dan komunikasi yang baik adalah bentuk keintiman yang terbangun dalam hubungan mereka. Ketiga komponen cinta bisa dikatakan ada dalam hubungan pernikahan perjodohan mereka.


*) Ahmad Syauqi A. R adalah mahasiswa Pascasarajana UIN Sunan Kalijaga

**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis

***) Ketentuan pengiriman naskah opini:

Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.co.id. Berikan keterangan OPINI di kolom subjek

Panjang naskah maksimal 800 kata

Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP

Hak muat redaksi

Tombol Google News

Tags:

Ahmad Syauqi AR pernikahan Robert Sternberg UIN Sunan Kalijaga