Mengunjungi Choirun Nasichien ‘Haji Nunut’, Penyusup Rombongan Haji Indonesia sampai Jeddah

Jurnalis: M. Rifat
Editor: Mustopa

3 Juni 2024 12:55 3 Jun 2024 12:55

Thumbnail Mengunjungi Choirun Nasichien ‘Haji Nunut’, Penyusup Rombongan Haji Indonesia sampai Jeddah Watermark Ketik
Choirun Nasichien, ‘Kaji Nunut’ di Mushollah samping rumahnya di Dusun Ngrumek, Desa Nglele, Peterongan, Jombang, Minggu (2/6/2024). (Foto: Rifat/Ketik.co.id)

KETIK, JOMBANG – Tahukah anda, 32 tahun lalu yakni pada Mei 1992 saat masa keberangkatan haji seperti saat ini ada peristiwa yang menggemparkan Indonesia?

Seorang pria berusia 30 tahun berhasil nyelonong naik pesawat dan bergabung dengan rombongan jemaah haji lainnya. Berangkat dari Jombang ke Surabaya nggandol truk. Menuju bandara Juanda naik angkot. Tanpa tiket apalagi paspor, whuuush, sukses ikut terbang dan mendarat di Jeddah.

Tokoh utama dari peristiwa itu akhirnya terkenal dengan nama Haji Nunut (numpang, red). Nama aslinya Choirun Nasichien. Dia adalah laki-laki asli Dusun Ngrumek, Desa Nglele, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang.

Minggu kemarin (2/6/2024), Ketik.co.id menyambangi kediamannya. Dengan senang hati Choirun menceritakan pengalaman hidupnya yang tak terlupakan itu panjang lebar.

Pengalaman yang membuatnya harus berurusan dengan banyak instansi negeri ini. Mulai Imigrasi, Tentara, Kepolisian, hingga Pengadilan.

Pria yang kini sibuk menjadi perantara jual beli tanah dan kendaraan bermotor itu akhirnya dijatuhi hukuman 2 bulan penjara dengan masa percobaan 5 bulan dari Pengadilan Negeri Sidoarjo. Dia dianggap melakukan pelanggaran memasuki area terlarang di masa orde baru itu.

Ditemani teh hangat, sambil duduk-duduk di musala samping rumahnya lepas zuhur sampai azan asar muncul.

“Saya pas turun angkot waktu itu sempat bingung. Baru kali itu e ke Juanda,” kenang Choirun memulai pembicaraan.

Dia sempat melihat-lihat suasana sekitar Bandara Juanda. Awalnya, dia ingin menyusup di bagasi pesawat. Saat koper-koper jemaah diangkut, pokoknya gimana caranya dia berencana masuk di sela-selanya.

Bareng koper-koper jemaah enggak masalah yang penting sampai Arab,” pikirnya saat itu mengingat-ingat.

Namun, saat jalan-jalan di sekitar airport, dia menemukan satu pagar yang membatasi antara area landasan pesawat dan halaman luar bandara terlepas karena sedang direnovasi. Dia amati agak lama, beberapa tukang tampak keluar-masuk dengan bebas lewat pagar itu. Ide baru seketika muncul di benaknya.

Beberapa saat kemudian satu rombongan jemaah haji tiba di Juanda diantar sebuah bus kota. Ketika mereka turun, Choirun bergegas ikut gabung di kerumunan itu.

Awalnya, dia mengira jemaah bakal duduk-duduk dulu di ruang tunggu. Namun, mereka ternyata langsung diminta masuk ke area dalam bandara untuk proses keberangkatan.

Sadar dia tidak memiliki izin atau dokumen apapun, dia memilih memisahkan diri lagi dari rombongan. Tujuannya langsung menuju pagar rusak yang sedang diperbaiki tadi.

Dia melewatinya dengan tenang. Mulutnya terus membaca doa selamat Yasin berkali-kali. Komat-kamit tanpa henti.

Ndilalah, setelah melewati pagar, tidak seberapa jauh dari tempatnya berdiri, rombongan jemaah haji yang sudah melewati pemeriksaan sedang bergerombol bersiap naik tangga ke pintu masuk pesawat.

Foto Choirun Nasichien 'Kaji Nunut' cerita proses penyusupannya sampai ke Jeddah (2/6/2024). (Foto: Rifat/Ketik.co.id)Choirun Nasichien 'Kaji Nunut' cerita proses penyusupannya sampai ke Jeddah (2/6/2024). (Foto: Rifat/Ketik.co.id)

Dia langsung menghampiri. Ikut naik tangga, menuju pintu masuk, sampai akhirnya berhasil memilih kursi paling belakang di pesawat Garuda Indonesia itu.

Nggak ada pemeriksaan, ditanya tiket atau apa juga nggak. Lolos gitu aja. Kuosone gusti Allah,” ucapnya sambil tersenyum ke Ketik.co.id sore itu.

Waktu Choirun baru duduk, ada satu pramugari menghampirinya dan bertanya, ‘Pak, kenapa duduk di paling belakang?’ dengan polos Choirun menjawab, ‘Iya soalnya saya cuma nunut’, ‘Loh kok nunut?’ cletuk Pramugari itu tanpa curiga. Dia lantas membantu jemaah lain merapikan barang bawaan mereka.

Pramugari tersebut saat itu memang belum curiga. Dia merasa Choirun hanya menjawab sekenanya.

Setelah pesawat lepas landas dan sudah keluar dari langit Indonesia, pramugari itu mulai merasa ada yang aneh dari Choirun. Dia duduk sendirian di kursi paling belakang dan seperti tidak kenal dengan rombongan lainnya.

Beberapa saat, seorang kru pesawat lain datang menanyai Choirun lebih detail. Di situlah penyusupannya akhirnya berakhir.

Kru pesawat sempat bingung. Mereka rapat sebelum akhirnya mengumumkan ada kejadian tersebut ke penumpang lain.

Harapannya adalah ada yang mengenali atau satu daerah dengan Choirun. “Ternyata di dalam pesawat itu ada guru Tsanawiyah saya dulu. Dia akhirnya yang menjelaskan ke pilot dan orang-orang kalau saya benar-benar orang baik. Ndak ada niat jahat meskipun berhasil menyusup,” cerita Choirun.

Gara-gara bikin geger, dia sempat mendengar beberapa penumpang melontarkan perkataan tidak enak kepada dirinya. Seorang penumpang bahkan yakin Choirun orang gak bek (otaknya tidak penuh, red).

Wes rutuhno ae arek iku. Wong gendeng (jatuhkan saja dari pesawat, orang gila, red),” kenang Choirun mengingat perkataan seorang penumpang saat itu yang dia dengar. Hatinya agak sakit.

Ada kutipan masyhur yang disampaikan filsuf Yunani kuno, Diogenes. Dia beraliran sinisme, menolak segala bentuk materi dan memilih hidup menggembel. Tidur di dalam tong bekas penyimpanan anggur di kota Athena sampai dianggap gila masyarakat yang tidak mengenalnya.

“Bukannya aku gila. Hanya saja isi kepalaku berbeda dengan isi kepalamu,”

Apa yang disampaikan Diogenes itu sesuai dengan kondisi Choirun saat itu.

Foto Kisah 'Kaji Nunut' Choirun Nasichien dibuat menjadi sebuah buku oleh wartawan Ita Siti Nasyiah yang kali pertama mengungkap peristiwa itu (Foto: Rifat/Ketik.co.id)Kisah 'Kaji Nunut' Choirun Nasichien dibuat menjadi sebuah buku oleh wartawan Ita Siti Nasyiah yang kali pertama mengungkap peristiwa itu. (Foto: Rifat/Ketik.co.id)

Setelah kejadian tersebar, gara-gara aksi nekatnya itu, tidak sedikit memang masyarakat yang mencap Choirun orang gila.

Ada juga yang curiga dia penganut kebatinan tertentu, sampai dituding punya ilmu khusus yang mampu membuatnya menghilang dari penglihatan petugas keamanan.

Padahal, Choirun sehat walafiat secara pikir saat itu. Bahkan sampai sekarang ketika usianya sudah 62 tahun. Waras 100 persen. Dia juga menyebut dengan sadar melakukan aksi itu tanpa bantuan ilmu menghilang atau apapun.

Namun, seperti kutipan Diogenes di atas, isi kepala Choirun pada peristiwa Mei 1992 itu memang berbeda dari orang kebanyakan. Keinginannya menunaikan rukun Islam kelima yang dia pendam bertahun-tahun sudah tak terbendung lagi.

Larangan dari sang ayah, Zainuddin, seorang buruh tani di Dusun Ngrumek, Desa Nglele, Kecamatan Peterongan Jombang, tidak dia hiraukan.

Berbekal uang Rp5.000 yang diberikan ibunya, Siti Qofsah diam-diam, ditambah tabungan Rp50.000 miliknya bersama sang adik, Umi Naila, dia nekat nggandol truk yang dia cegat di depan Pasar Peterongan untuk menuju kota Surabaya.

Satu-satunya yang ada dalam kepalanya cuma tekad bulat. Langkah menuju tanah suci harus terlaksana. Bagaimanapun caranya. Demi mengobati kerinduannya kepada sang pencipta.

“Bertahun-tahun saya sudah kebawa mimpi ibadah haji ke tanah suci. Tapi saya orang ndak punya. Niat saya cuma mau ibadah. Itu saja. Sama sekali nggak ada maksud jahat menyusup atau yang lain. Bagaimanapun caranya saya harus berangkat. Saya yakin niat baik pasti ditolong Allah. Itu aja pikiran saya waktu itu,” jelasnya.

Foto Choirun Nasichien bersama H. Thosin, pengusaha tambak asal Surabaya yang akhirnya membiayainya berangkat haji pada 1994. (Foto: Repro Buku 'Haji Kok Nunut')Choirun Nasichien bersama H. Thosin, pengusaha tambak asal Surabaya yang akhirnya membiayainya berangkat haji pada 1994. (Foto: Repro Buku 'Haji kok Nunut')

Dua tahun setelah peristiwa itu, yakni pada 1994, Choirun benar-benar naik haji. Dia dibiayai penuh seorang pengusaha tambak asal Surabaya yang mengikuti kisahnya di media massa. Namanya H. Thosin.

Kali ini legal. Dokumen lengkap. Tidak terhenti di Jeddah. Sampai Mekah. Mencium kakbah seperti mimpinya. Nggak nunut lagi. (*)

Tombol Google News

Tags:

Kaji Nunut Haji Nunut penyusupan pesawat penyusup haji Choirun nasichien