Latih Trainer Digital Skills, David Hermansyah Ajak Berpikir Runtut Sebelum Ciptakan Produk

Jurnalis: Siti Fatimah
Editor: M. Rifat

3 Juli 2024 06:20 3 Jul 2024 06:20

Thumbnail Latih Trainer Digital Skills, David Hermansyah Ajak Berpikir Runtut Sebelum Ciptakan Produk Watermark Ketik
David Hermansyah saat memaparkan materi Desain Thinking di Program Digital Skills (2/7/2024). (Foto: Fatimah/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Berpikir runtut atau teratur menjadi satu hal penting sebelum menciptakan sesuatu, baik pemikiran maupun produk.

David Hermansyah, Dosen Informatika Universitas Dr. Soetomo mengatakan berpikir runtut ini mirip seperti saat membuat karya ilmiah, yakni berangkat dari masalah di sekitar lalu dipecahkan menjadi solusi dalam bentuk produk digital.

“Sebenarnya tidak semua solusi harus digital, namun sekarang bahas digital jadi bagaimana solusinya harus digital,” ujar David dalam materi Desain Thinking di acara Upgrading Trainer Digital Skills Programme 2024, Selasa (2/7/2024) di Hotel Ibis Surabaya.

Ia mengatakan untuk menemukan masalah, para trainer harus berfokus pada pengguna. Dengan kata lain, mereka harus bisa menemukan apa masalah yang dialami pengguna lalu mencari solusinya lewat produk-produk digital.

Untuk menemukan masalah, dosen Informatika sekaligus CEO PT Primavisi Globalindo ini mengungkap bisa didapat dari sekitar. Misalnya dengan memanfaatkan kekurangan dan kelemahan yang dimiliki manusia.

“Sifat-sifat manusia yang negatif itu sebenarnya sumber dari inovasi. Contohnya adanya Go-food, ojek online itu kan berangkat dari sifat malas,” papar Alumni ITS Jurusan Informatika ini.

Ia juga mencontohkan Facebook, salah satu jejaring sosial terbesar yang lahir dari masalah tidak adanya akses jejaring lebih luas pada saat itu.

Facebook hadir memberikan kemudahan pada penggunanya untuk membangun jejaring lebih luas hanya dalam satu platform.

“Jadi harus pandai memahami permasalahan. Kadang kita perlu peka, sebab permasalahan itu terkadang berasal dari apa yang kita lihat dan rasakan,” jelasnya.

“Setelah menemukan ide, ide itu harus segera dieksekusi. Jangan menunggu aplikasinya fix dulu. Ini kadang yang membuat ide itu lambat tereksekusi,” tambah David.

Ia menyebut para trainer bisa memulai mengeksekusi idenya menggunakan aplikasi tanpa coding supaya prototyping (wujud awal produk sebelum dikembangkan) bisa cepat.

Dari penyampaian materi Desain Thinking ini ia berharap para peserta training memiliki kepekaan terhadap masalah sekitar lalu melahirkan inovasi yang bisa diwujudkan dalam produk digital.

Penting diketahui acara Upgrading Trainer merupakan salah satu kegiatan Digital Skills Programme 2024 yang digagas Dinas Pendidikan Jawa Timur bekerjasama dengan ITS dan Unicef untuk mempersiapkan peserta didik memiliki kemampuan memadai di bidang digital.

Di acara ini 40 perwakilan pengajar dari SMA se-Jawa Timur diberi pembekalan agar siap mendampingi anak-anak SMA dalam menjalankan program SMA Double Track, khususnya di bidang digital.(*)

Tombol Google News

Tags:

Digital Skills SMA Double Track ITS UNICEF Desain Thinking David Hermansyah