Kandidat 'Berlian' Layak Bertarung di Pentas Politik 

Jurnalis: Shinta Miranda
Editor: Moana

11 Maret 2023 18:34 11 Mar 2023 18:34

Thumbnail Kandidat 'Berlian' Layak Bertarung di Pentas Politik  Watermark Ketik
Ilustrasi pemungutan suara. (Foto: Dok. Pixabay)

KETIK, JAKARTA – Eskalasi politik kian memanas jelang Pilpres 2024. Banyak tokoh masuk pusaran calon potensial. Namun juga banyak kandidat 'berlian' luput dari pandangan. 

Berlian memiliki makna dalam. Butuh penggalian melalui perjuangan panjang untuk menemukan. Maka, amat sayang apabila disia-siakan. 

Setidaknya demikian ungkap sejumlah tokoh tentang sosok Dr Rizal Ramli. Tulus Sugiharto, akademisi seperjuangan Rizal Ramli menceritakan bagaimana kegigihan sang kawan baik mencetak berbagai prestasi dan kenangan terperangkap di jeruji besi. 

Tulus menyebut Rizal Ramli sebagai sosok kritis dan out of the box. Banyak catatan positif dari dalam maupun luar negeri.

Rizal pernah menjadi Tim Panel Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan segala macam strateginya menyelamatkan keuangan negara. Menyelesaikan utang-utang tanpa menambah utang. 

Meskipun beberapa kali menjadi menteri, kekritisan Rizal Ramli tak pernah berhenti. Apalagi jika itu menyangkut kemaslahatan rakyat. Ia selalu berada di garda terdepan.

Namun sayang, kekritisan tersebut dianggap sebagai sebuah serangan oleh sebagian kalangan. 

Padahal, ungkap Tulus, Rizal Ramli adalah seorang akademisi, ekonom senior, tokoh nasional sekaligus tokoh internasional. Sehingga, setiap ucapan Rizal Ramli bermuatan data dan analisa mendalam. Bukan sekadar narasi semata tanpa pikir panjang. Jikalau Bung RR, demikian Tulus memanggil, kerap berkata blak-blakan, itu adalah gaya cerdas dalam menyampaikan kritikan. 

"Cuma ya, ujungnya kekritisannya, maaf ya, dianggap sebagian (kecil) orang bernada miring.  Harusnya semua pemikirannya itu didebat lagi dengan kritis, apakah yang dipikirkan secara kritis dan out of the box oleh Bung RR itu benar atau tidak," ungkap Tulus, Minggu (12/3/2023). 

Tulus sendiri memiliki banyak penggalan kebersamaan bersama Rizal Ramli. Ia mengakui, RR adalah teman diskusi yang menyenangkan. Terbuka menerima kritikan maupun memberikan masukan. 

Oleh karena itu, Tulus sangat menyayangkan jika kekritisan Rizal berdasarkan data dan analisa mendapatkan serangan bertubi berupa kalimat negatif bernada hinaan. Padahal jika netizen cerdas, seharusnya mendebat argumen Rizal Ramli. Bukan dengan membunuh karakter pribadi. 

"Kalau sekarang banyaknya yang membalas kritikannya dengan dengan satu atau dua kata seperti, orang sakit hati, orang terbuang, ngomongnya nggak jelas dan lain-lain. Hanya berupa hinaan bukan mendebat argumen kritisnya," kata Tulus. 

Harta Karun Intelektual

Sikap-sikap Rizal Ramli tersebut sebetulnya tak jauh beda dengan para pesohor dunia. Yaitu Bung Karno. 

Sosok Bung Karno muncul bersamaan dengan kelahiran Mazhab Frankfurt di Jerman. Bung Karno terkenal memiliki sikap kritis, out of the box dan berani menantang Pemerintah Belanda.  

Semua itu ia lakukan demi satu tekad memerdekakan Indonesia. Akan tetapi, perjalanan orang-orang kritis memang sulit, tidak bisa sendirian. 

Bung Karno mendapatkan banyak bantuan dari pemikir-pemikir kritis muda lainnya. Pemikiran Bung Karno didebat seperti oleh M Natsir, Tan Malaka, Buya Hamka bahkan M Hatta dan ada kawan yang kemudian menjadi lawan seperti Musso dan Kartosuwiryo. 

Tapi sebuah pemikiran kritis jika didukung justru akan menghasilkan kemerdekaan dan kesejahteraan bagi rakyat.

Tulus juga mengurai soal pemikir Jerman. Sebuah negara berperadaban tinggi. Pada abad 17 muncul pemikir seperti Immanuel Kant dan Johann Gottlieb Fichte. Filosopher yang memulai idealisme German. 

Kemudian ada Johann Wolfgang von Goethe yang sangat terkenal, penulis puisi, drama, novel, scientist dan negarawan hebat.

Di abad 17  juga industri musik Jerman. Kaya akan musik klasik nomor wahid. Banyak komposer lahir dari sana. Seperti Ludwig van Beethoven,  Johann Sebastian Bach dan Richard Strauss.

Karya musik mereka dikenal seluruh dunia bahkan hingga saat ini.  Jerman penuh dengan orang pintar dan memiliki perasaan halus.

Soal pemikiran dan ilmu pengetahuan, pada tahun 1930, di Jerman, muncul Mazhab Frankfurt atau Frankfurter Schule.

Sebuah istilah yang diberikan kepada pemikiran sekelompok filsuf yang masih memiliki afiliasi dengan Institut für Sozialforschung di Frankfurt, Jerman.  

Generasi Mazhab Frankfurt antara lain,  Max Horkheimer, Herbert Marcuse dan Theodor Adorno juga ada Walter Benjamin, Erich Fromm, Leo Lowenthal, Franz Neumann, Otto Kirchheimer dan Frederick Pollock. 

Generasi kedua yang mungkin masih hidup adalah Jurgen Habermas. Jika dilihat di Wikipedia, sudah berumur 93 tahun. 

Pemikiran Frankfurt ini sebenarnya mengacu pada pemikiran kritis dari  filsuf Jerman sebelumnya seperti Immanuel Kant dan Karl Marx.

Pada saat yang bersamaan ada Perang Dunia 1 tahun 1914-1918. Hasilnya, Jerman kalah perang, tapi kemudian memunculkan seorang kopral yang memiliki tekad untuk mengangkat  kembali prestise Jerman, Adolf Hitler.  

Sekitar tahun 1920 ia mulai aktif di Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (Partai Pekerja Jerman Sosialis Nasional-NSDAP) atau disingkat Nazi.

Keahliannya dalam berpidato dan membuat buku berjudul Mein Kampf 1925 menancapkan dirinya menjadi orang nomor satu di Nazi. 

Hitler tidak sendiri. Dia dibantu oleh Gregor Strasser, Otto Strasser, dan Joseph Goebbels untuk  mengembangkan Nazi.  Tahun 1933,  Hitler menjadi Kanselir atau orang nomor satu di Jerman.  

Hitler lah orang yang menyebabkan terjadinya Perang Dunia ke II (1942-1945) dengan jumlah korban jiwa sekitar 40 sampai 50 juta orang. Bagaimana mungkin seorang kopral model Hitler bisa mengalahkan para pemikir-pemikir top Frankfurt School?   

Sebagian para pemikir ini mungkin lari keluar negeri dan atau bahkan ada yang membantu Hitler. Kekritisan ini hilang karena adanya sebuah tekanan politik yang tinggi sehingga menimbulkan ketakutan.

Maka dengan demikian, lanjut Tulus, pemikiran kritis merupakan harta karun intelektual. Pemikiran ini penuh dengan dugaan. Bukan sekadar berpikir segala sesuatu itu buruk atau salah. 

Tetapi kritis harus dimulai dengan data yang kuat, benar, hasil sebuah diskusi yang terbuka, berpikir out of the box  dan kemudian mulai dengan pertanyaan untuk menjawab dugaan. 

"Apakah sebuah kebijakan yang dibuat memang benar-benar untuk rakyat? Misalnya, apakah perlu Garuda membeli pesawat-pesawat berbadan lebar untuk jarak jauh? Apa bisa berkompetisi dalam penerbangan ke Eropa dan Amerika? Cara berpikir kritis inilah yang kemudian banyak diajukan oleh Bung Rizal Ramli," ungkapnya. 

Maka dari itu, Tulus berharap menjelang tahun politik 2023 -2024 ini, pemikiran kritis dan out of the box harus muncul.

"Kasih kesempatan pada orang-orang yang  seperti ini untuk ikut Pemilu. Terserah  kemudian ada yang memilihnya atau tidak. Jangan sampai  kekritisan itu hilang dalam ketakutan. Bung RR itu kritis, out of the box dan berani," ujarnya. 

Tangan dan Kaki Patah, Tetap Bangkit
 
Rizal Ramli bukanlah sosok asing. Birokrat, akademisi, terkenal dan populer dari kabinet ke kabinet. Namun kuat dugaan ia 'dijegal' saat menjadi menteri kesekian kali di era presiden berbeda. 

Padahal Rizal Ramli adalah sosok kesayangan Presiden Abdurrahman Wahid atau dikenal sebagai Gus Dur. Seorang tokoh ulama besar yang namanya masih tetap harum mewangi hingga kini. 

Jika demikian, mengapa pemerintah setelah itu menganggap Rizal Ramli seperti musuh? Rizal Ramli hanya mencoba meluruskan jalan agar tak tersesat dalam kesengsaraan bertubi suatu saat nanti. Misal seperti pembengkakan jumlah utang hingga ribuan triliun. 

Tulus mengatakan, Rizal Ramli tak memiliki ambisi pribadi ketika vokal dalam mengutarakan protes. Demikian melekat karakter muda Rizal sebagai demonstran, akademisi bergelar doktor di Amerika, pernah dipenjara, pernah menjadi menteri dalam usia yang cukup muda, pernah jadi Kepala Bulog, bahkan Menteri Koordinator Ekonomi. 

"Tak ada lagi yang ia inginkan selain mewujudkan mimpi membawa rakyat Indonesia ke arah yang jauh lebih baik," ujarnya. 

Rizal Ramli memiliki banyak catatan prestasi. Menjadi menteri di Era Gur Dur tapi kemudian 'kakinya patah' di era SBY. 

Ia menolak sebuah jabatan menteri. Padahal jabatan itu bisa membuatnya dekat dengan banyak pengusaha dan kaum industri.  

"Katanya, buat apa jadi menteri jika cuma cari jabatan tapi tidak memberi dampak yang sangat luas buat masyarakat," kata Tulus menirukan ucapan Rizal Ramli kala itu. 

Demikian pula saat era Presiden Jokowi. Tangan Rizal 'lumpuh' ketika belum satu tahun jadi Menko Maritim. Rizal bahkan disebut tidak memiliki prestasi. 

Namun pemikiran itu berbanding terbalik dengan kenyataan. Dalam berbagai catatan berita media nasional maupun internasional, Rizal Ramli disebut memiliki belasan prestasi.

Pertama, soal Garuda. Rizal mengingatkan  rencana mereka untuk membeli 30 pesawat Airbus A350 XWB. Rizal saat itu menilai pesawat A350 XWB hanya cocok untuk penerbangan internasional jarak jauh.  

Kedua, masalah listrik. Rizal menyebutkan  agar jangan sampai over supply (30.000 MW) membangun pembangkit listrik karena akan merugikan PLN dan membebani rakyat. Semuanya ternyata terjadi.

Ketiga, kebijakan penurunan Dwelling Time Pelabuhan Tanjung Priok,  Keempat, kebijakan Pengembangan 9 Tujuan Destinasi Pariwisata baru di luar Bali termasuk DKI. 

Kelima, kebijakan industri garam nasional karena terlalu banyak impor. Bahkan banyak petani garam yang datang ke rumahnya  mengeluh garam mereka kalah dibanjiri garam impor.  

Keenam, kebijakan COPC (Dewan Negara-Negara Penghasil Minyak Sawit) untuk meningkatkan kesejahteraan petani sawit. Ketujuh, kebijakan revaluasi aset pada Paket Ekonomi ke VII, meningkatkan nilai asset BUMN Rp800 trilliun. 

Kebijakan paket deregulasi yang ditetapkan pemerintah diperkuat dengan kebijakan revaluasi aset. Delapan, kebijakan terhadap rencana perpanjangan kontrak karya Freeport. 

Cadangan emas Freeport diperkirakan masih 30 sampai 40 tahun. Saat itu Rizal sebagai Menko dan Presiden Jokowi menginginkan kenaikan royalti naik hingga 5-7 persen, karena selama ini Freeport hanya membayar 1 persen royalti. 

Freeport juga harus mau mengurusi limbah. Lalu Freeport harus membangun smelter, dan CSR dari Freeport untuk sekitarnya. 

Kesembilan, kebijakan penetapan kilang darat (onshore) Blok Masela. Kesepuluh, kebijakan bebas visa dan penetapan 10 destinasi Wisata Unggulan.  

Kesebelas, kebijakan pembentukan Badan Otoritas Pariwisata. Sebagai uji coba, pertama penerapan Badan Otoritas Pariwisata di Danau Toba yang ditargetkan menjadi Monaco of Asia dan kedua belas  kebijakan Pembentukan Dewan Air Nasional.  

"Jadi dalam 11 bulan, Bung RR membuat kebijakan yang strategis untuk  bangsa ini. Tapi baru 11 bulan jadi Menko, ia dicopot. Setelah dicopot Bung RR bersuara di Twitter :
Saya telah mencoba berbuat yang terbaik buat bangsa dan rakyat Indonesia, terima kasih rakyat Indonesia, cuitnya Rabu 27 Juli 2016," kenang Tulus. 

Setelah lepas dari lingkaran birokrasi pada 2016 silam, Rizal Ramli tak pernah berubah sampai sekarang. Ia tetap menjadi partner kritis  bagi pemerintah dan pro pada kepentingan rakyat. 

Misalnya saja, sebut Tulus, tentang utang luar negeri gali lubang tutup jurang, tarif listrik,  melemahnya nilai rupiah, menyoroti soal pajak dan banyak lagi.  

"Kalau si Bung mau hidup enak, sebenarnya mudah saja, ikut saja kemauan yang berkuasa, dia akan dapat jabatan terus kok," selorohnya.

Banyak orang mengatakan, seperti adagium satire : kalau jadi penguasa maka banyak orang yang akan datang, sebaliknya kalau tidak berkuasa banyak teman yang terbang.  

Tapi tidak demikian bagi Rizal Ramli. Karena masih banyak pejabat yang masih menyapanya bahkan meminta nasehat. Dan  ternyata hubungan Rizal dengan Partai PDI Perjuangan besutan Megawati Sukarnoputri masih tetap harmonis. 

Bahkan secara khusus Rizal Ramli mengaku memang mengidolakan Bung Karno dan sangat dekat dan menghargai Megawati. 

"Bung juga masih komunikasi dengan Mbak Puan Maharani dan sejumlah petinggi PDI Perjuangan lainnya," ujar Tulus. 

Anti-Thesis Jokowi 

Sementara itu, Rizal Ramli mengungkapkan bahwa kekritisan dan gaya bicara blak-blakan adalah karakter asli dirinya. 

Pemimpin-pemimpin Asia yang berhasil menjadi transformer bagi bangsanya ternyata juga memiliki kesamaan. 

Mereka semua dikenal bicara apa adanya, tanpa banyak pencitraan dan lebih nyaman candid. Misal Gubernur DKI Ali Sadikin, Perdana Mentri Malaysia Mahathir, Perdana Mentri Singapore Lee Kwan Yew, Perdana Mentri China Zhu Rong Yi dan Thaksin.

Saat almarhum Perdana Singapora Lee Kwan Yew ke Jakarta beberapa kali, ia pasti meminta makan malam bersama Rizal Ramli. 

Terakhir kali ke Indonesia, Perdana Menteri Lee mengundangnya makan malam di Shangrilla. Rizal Ramli kemudian bertanya mengapa Lee Kwan Yew suka berbicara terus terang, apa adanya, terlalu candid. 

"Apa tidak takut tidak populer? Jawaban Pak Lee, saya harus bicara apa adanya supaya rakyat mengerti, masalah, solusi dan resikonya. Nggak populer nggak apa-apa, rakyat baru akan berterima kasih kepada saya setelah melihat hasilnya," kenang Rizal akan ucapan Perdana Menteri Lee Kwan Yew. 

"Sudah waktunya kita tinggalkan kembang-kembang pencitraan dan sifat-sifat feodal. Marilah kita dorong kompetisi kepemimpinan Indonesia berdasarkan integritas, amanah, visi dan strategi perbaikan, track record dan kapasitas problem-solving. Barulah Indonesia makmur dan berjaya," sambung Rizal. 

Ia lalu mengingatkan, bahwa setiap zaman ada pemimpinnya. Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan berbeda. Pola dari satu presiden ke presiden berikutnya selalu menjadi penilaian bagi rakyat. 

Namun, siapapun presiden di negara manapun, setelah 10 tahun rakyat akan bosan dan ingin mencari anti thesisnya. 

Misal setelah 10 tahun jadi presiden, rakyat mulai bosan terhadap gaya SBY yang terlalu rapi, terukur dan jaim. 

Tiga tahun sebelum 2014, Karim Raslan, ahli strategi komunikasi Malaysia keliling Indonesia untuk mencari anti-thesis SBY. 

"Ketemulah Wali Kota Solo Jokowi," ucap Rizal Ramli yang kebetulan merupakan kawan dekat Karim Raslan. 

Jokowi sebagai anti-thesis, memiliki gaya berbeda dalam posture, style, pemikiran, lingo dan lain-lain.

Rizal menyebutnya, bahwa Karim lah yang mempromosikan Jokowi di media-media internasional sebagai calon pengganti SBY. 

"Seperti biasa, media-media nasional langsung menjadi “followers”. Mulai saat itulah Jokowi booming, apa lagi didukung oleh majoritas Pollsters dan influencers berbayar," kata dia. 

Namun pertanyaannya adalah, hari siapa anti-thesis Jokowi? Pastinya, anti-thesis itu harus terlihat dalam bentuk substansi, posture, gestur, gaya, lingo. 

Rizal Ramli menegaskan, ia adalah anti thesis Jokowi dan akan selalu menjadi seperti itu sejak dulu. 

"Karena secara alamiah saya memang tidak suka dengan basa-basi, apa adanya (candid), to-the-point, ktitis tapi selalu solutif karena percaya itulah yang dibutuhkan oleh rakyat hari ini," jelasnya. 

Bahasa dan lingo agak urakan, memancing pertukaran pikiran adalah gaya Rizal Ramli. Tentu sikap seperti itu memiliki resiko tersendiri. Rizal mengatakan, elit berlapis 'baju kesantunan' tidak akan suka padanya. 

"Tapi coba cek di Jawa Timur, pantau utara Jawa Tengah, Jawa Barat, Maluku Sulawesi, Sumatera happy-happy aja, banyak yg senang dengan gaya apa adanya RR," kata Rizal. 

Rizal Ramli tak menampik memang sulit diterima di kalangan Solo dan selatan Jawa Tengah. Meskipun Alm Buya Safeii disebut kerap menasehatinya agar lebih ‘Njawani’. Namun Rizal menjawab tidak bisa seraya tersenyum. 

"Saya jawab aja, maaf Buya nggak bisa, kalau nyoba-nyoba akan kelihatan palsunya," jelas Rizal Ramli.(*) 

Tombol Google News

Tags:

Rizal Ramli Pilpres 2024 Prestasi Rizal Ramli Tulus Sugiharto tahun politik pemilu 2024