30.808 Keluarga di Pacitan Berisiko Stunting, Ini Penyebabnya

Jurnalis: Al Ahmadi
Editor: Mustopa

4 Maret 2024 10:31 4 Mar 2024 10:31

Thumbnail 30.808 Keluarga di Pacitan Berisiko Stunting, Ini Penyebabnya Watermark Ketik
Stunting, rata-rata bermula dari rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) orang tua yang dipicu oleh faktor ekonomi dan pendidikan. (Foto: Yusuf Arifai for Ketik.co.id)

KETIK, PACITAN – Sebanyak 30.808 keluarga di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur terdata berisiko stunting pada tahun 2023. Hal ini menjadi perhatian serius pemerintah setempat. 

Rinciannya terdiri dari anak putri calon pengantin, ibu hamil, anak usia 0-23 bulan, dan anak usia 24 minggu hingga 59 bulan adalah termasuk dalam kategori keluarga berisiko stunting.

Faktor lain seperti kemiskinan, pendidikan orang tua yang rendah, sanitasi lingkungan yang buruk, dan air minum yang tidak layak juga meningkatkan risiko stunting.

Tingginya angka keluarga berisiko stunting di Pacitan, tentu membenarkan akan tingginya warga miskin yang masih membutuhkan perhatian dari pemerintah.

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (PPKB dan PPPA) Pacitan, Jayuk Susilaningtyas mengatakan, penyebab tingginya keluarga beresiko stunting tersebut, rata-rata bermula dari rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) orang tua yang dipicu oleh faktor ekonomi dan pendidikan.

"Ibu-ibu muda yang berada di pelosok-pelosok itu, kebanyakan masih tamatan SMP. Ya karena faktor ekonomi kan, akhirnya mereka tidak lanjut bersekolah," kata Jayuk saat dikonfirmasi Ketik.co.id, Senin, (4/3/2024).

"Awalnya, memang bertujuannya meringankan orang tua tetapi sebetulnya malah membebani, karena secara reproduksi, ekonomi belum siap. Akhirnya malah jadi beban orang tua berujung cerai," jelas Jayuk menyimpulkan benang merah pemicu stunting.

Lebih rinci, Kecamatan Bandar dan Nawangan menjadi penyumbang angka keluarga berisiko stunting tertinggi di Pacitan, yaitu 4.462 dan 4.531 keluarga. Sementara itu, disusul Kecamatan Donorojo yang menjadi penyumbang terendah diangka 477 keluarga.

"Data terbaru tahun 2024 menunjukkan keluarga beresiko stunting di Pacitan turun berdasarkan hasil pengukuran," ungkap Jayuk.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pacitan saat ini tengah berupaya menangani stunting, lantaran anak-anak merupakan generasi milenial masa depan daerah.

Pihaknya mengatakan, bahwa stunting masih menjadi salah satu pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan.

"Kami tidak bisa sendiri, ini merupakan tanggung jawab bersama. Kami bekerja sama dengan lintas sektor, mulai dari Pemerintah Desa, Kecamatan, dan Kabupaten, untuk memastikan angka stunting dapat diturunkan," pungkas Kadis Jayuk.

Diharapkan, angka stunting di Kabupaten Pacitan dapat terus menurun dan generasi penerus bangsa dapat tumbuh, berkembang dengan optimal.

Sebagai catatan, sesuai hasil survey pada tahun 2022 prevalensi stunting di Pacitan turun dari 22,7 persen menjadi 20,6 persen.

Sedangkan, Pemkab Pacitan menargetkan angka prevalensi stunting di Pacitan turun menjadi 16,87 persen pada tahun 2023. Kemudian, di tahun 2024 mendatang ditarget turun hingga 13,64 persen.

Lebih lanjut, di tahun 2023 lalu daerah lokus stunting berada di 5 kecamatan 10 desa. Sasaran Pemkab Pacitan tahun 2024 ini melebar, diarahkan ke 7 kecamatan menyebar di 13 desa. (*)

Tombol Google News

Tags:

pacitan Stunting