100 Hektar Lahan Pertanian di Ngawi Alami Penurunan Produksi Cukup Ekstrem, DKPP Ungkap Penyebabnya

Jurnalis: Eko Suprayitno
Editor: Rudi

14 Juni 2023 12:15 14 Jun 2023 12:15

Thumbnail 100 Hektar Lahan Pertanian di Ngawi Alami Penurunan Produksi Cukup Ekstrem, DKPP Ungkap Penyebabnya Watermark Ketik
Lahan pertanian di Dusun Mardiasri Jururejo, DKPP Ngawi sebut 100 hektar mengalami penurunan produksi cukup ekstrem. (Foto:Eko Suprayitno/ketik.co.id)

KETIK, NGAWI – Seratus hektar lahan pertanian di Dusun Ingasrejo, Desa Beran, Kecamatan/Kabupaten Ngawi mengalami penurunan produksi  sejak setahun terakhir.

Penurunan produksi hasil pertanian ini disebabkan karena lahan sawah itu terlalu asam hingga membuat pertumbuhan padi tak maksimal dan hasil panen menurun hingga lebih dari 50 persen.

Menurunnya tingkat kesuburan tanah itu dipicu oleh beberapa faktor, selain faktor alam juga faktor perilaku.

Supardi, kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Ngawi mengatakan,  dari sekitar 200 hektar lahan pertanian di Desa Beran, Ngawi, sekitar 100 hektar mengalami penurunan produksi.

‘’Sejak tiga kali musim panen ini, jadi sekitar satu tahun ini lahan pertanian di Ingasrejo, Beran mengalami penurunan hasil panen, bahkan menurun lebih dari 50 persen,’’ terang Supardi dihubungi ketik.co.id

Supardi mengatakan lahan pertanian yang mengalami penurunan karena terlalu asam.  Hal itu tak lepas dari banyaknya air yang masuk imbas saluran air  yang rusak hingga saat musim penghujan airnya terus menggenangi. Imbasnya pertumbuhan padi tak maksimal.

‘’Karena saluran air di atasnya itu jebol sehingga saat musim hujan masuk ke lahan pertanian dan menggenang, imbasnya tanaman menjadi kerdil,’’ paparnya.

Air yang menggenang secara terus menerus membuat tanah menjadi asam, dan  pertumbuhan tanaman menjadi terganggu. Hingga membuat petani merugi karena hasil panen tak maksimal.

‘’Tanamannya menjadi kerdil karena pertumbuhan akarnya juga tak maksimal,’’ ungkapnya.

Untuk mengatasi hal itu pihaknya sudah berkirim surat ke Dinas PU Pengairan  Provinsi, mengingat sungai tersebut menjadi kewenangan provinsi untuk perbaikannya.

‘’Surat ke PU provinsi udah kami buat, dan kami sudah bekerja sama dengan HIPA dan kelompok tani  untuk menanganinya,’’ paparnya.

Selain karena faktor kelebihan air, perilaku petani yang menanam padi sepanjang tahun ikut menyumbang penurunan produksi padi.

‘’Seharusnya menanam padi, padi, palawija, tapi yang terjadi di sana ditanam padi, padi, pantun (padi dalam bahasa Jawa),’’ tegasnya.

Selain itu pola tanam petani juga tidak serentak. Sehingga jika terjadi jamur atau hama tanaman membuat sulit untuk diberantas.

‘’Apalagi kalau tanamannya sejenis, harus serentak tanamnya, minimal jaraknya jangan terlalu jauh menanamnya, sehingga kalau ada hama memudahkan memberantasnya,’’ katanya.

Untuk menyelamatkan kesuburan tanah, kata dia pihaknya sudah melakukan pendampingan ke petani maupun kelompok tani. Pertama yang dilakukan memberikan pemahaman jika lahan pertanian tersebut perlu dijeda untuk tidak ditanam.

‘’Selain itu tanahnyan diberi dolomit agar saat ditanami nanti tanahnya semakin subur,’’ ungkapnya.  

DKPP telah melakukan identifikasi untuk mendapatkan ganti rugi asuransi pertanian melalui program asuransi usaha tani padi (AUTP) dari pemerintah.

"Sekitar 50 petani di daerah tersebut yang diajukan untuk mendapatkan AUTP," kata Supardi.

DKPP Ngawi meminta petani bertahap melakukan sistem pertanian yang ramah lingkungan guna mengembalikan kualitas unsur hara tanah. (*)

Tombol Google News

Tags:

Ngawi Ramah Penurunan Produksi Gagal Panen Lahan Pertanian Ngawi Spektakuler DKPP Ngawi