KETIK, KEDIRI – Istri Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Shinta Nuriyah Wahid, menggelar sahur bersama di rumah lansia dan anak Gusdurian Mojokutho Pare, Kediri, Minggu (24/3/2024) dini hari. Selain lansia, banyak juga tokoh lintas umat beragama yang hadir dalam acara bertajuk sahur keliling itu.
Sekitar 100 orang yang terdiri dari kaum dhuafa, tukang becak, pedagang pasar dan masyarakat marjinal lain datang memadati jalan depan rumah lansia Pare tersebut. Mereka menyantap sahur bersama dengan nasi yang telah dibagikan setelah Shinta datang. Di podium depan, Shinta ditemani putri bungsunya, Inayah Wulandari Wahid berdampingan dengan tokoh lintas agama.
Dalam momen tersebut Shinta mengajak seluruh masyarakat yang hadir untuk bisa memaknai arti puasa yang sesungguhnya. "Di sini siapa yang tahu arti puasa?," tanya Shinta saat membuka acara tausyiah.
Mendengar pertanyaan tersebut, banyak audience yang menjawab menahan hawa nafsu, lapar dan dahaga. Shinta mengapresiasi baik jawaban dari mereka dan menambahkan jika puasa adalah tentang akhlak luhur serta budi pekerti.
Shinta mencontohkan, dalam berpuasa orang akan dilatih untuk sabar. Sabar dalam menghadapi segala cobaan yang diberikan, sabar menahan hawa nafsu yang datang.
Suasana sahur bersama Shinta Nuriyah Wahid di rumah lansia Parey, Minggu (24/3/2024). (foto : Isa/Ketik.co.id).
Selain itu, orang berpuasa juga akan diajarkan sifat kejujuran. Dalam artian setiap perilaku yang dilakukan harus jujur, seperti bicara jujur, tidak berkata jelek, menghormati, menghargai dan tolong menolong kepada sesama.
"Jadi tentang puasa ini kita sama-sama diajarkan tentang akhlak yang bail dan budi pekerti yang luhur," papar Shinta.
Terkait dengan momen sahur bersama Gusdurian Mojokutho Pare ini kata Shinta, telah dilakukan setiap tahunnya dengan berganti-ganti lokasi seperti di alun alun, stasiun dan terminal. Setiap bulan puasa dia mengaku berbuka dan sahur bersama dengan sesama masyarakat marjinal maupun lintas agama menjadikan kerukunan di Indonesia semakin erat.
"Di Indonesia kita hidup berdampingan dengan beberapa agama, ini adalah rumah kita. Dengan kondisi ini, semuanya itu adalah saudara kita. Boleh berebut sesuatu asalkan tidak menghancurkan kesatuan dan persatuan bangsa. Pada hakikatnya kita adalah satu nusa satu bangsa satu bahasa," pesannya.
Sementara itu, Pengurus rumah lansia Kongan sekaligus Koordinator Gusdurian Mojokutho Pare, Antok Renata mengucapkan rasa terima kasih atas kunjungan dari istri Presiden keempat Republik Indonesia. Ia tak menyangka markas Gusdurian di Pare bisa dikunjungi oleh Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid.
"Alhamdulillah terima kasih kepada Ibu Shinta telah datang dan hadir dalam acara sahur bersama, saya tak menyangka," ucapnya.
"Pesannya tadi dari Ibu Shinta agar terus melayani, menyayangi para lansia dan memperbesar bantuan untuk mereka," ungkapnya.
Sebagaimana diketahui, Antok bersama para relawan dalam mengurus para lansia tersebut, dilakukan dengan suka rela, swadaya merawat setiap hari. Ada total 26 lansia dan 10 anak yang tinggal di rumah lansia dan anak ini.
Rumah lansia dan anak Kongan Pare ini awalnya adalah rumah untuk anak yang tak punya tempat tinggal. Sejak 2008, Antok bersama relawan Gusdurian kemudian membuat sanggar anak. Lambat laun, tak hanya para anak yang menetap dan tinggal di rumah ini.
Pada tahun 2015, relawan ini mulai merawat para lansia yang berkebutuhan khusus dan hidup sendiri. Kebanyakan mereka datang dari wilayah Kediri dan beberapa dari luar daerah.
"Alhamdulillah sampai saat ini semakin banyak orang baik yang kesini dan mengenal rumah lansia Pare. Ini yang membuat kami bersyukur dan semua lansia yang tinggal disini adalah orang baik dan kita harus hargai bersama," ucap Antok. (*)