Permintaan Kopi Domestik dan Internasional Meningkat, Petani harapkan Pendampingan

Jurnalis: I Putu Manuaba
Editor: Rudi

17 April 2023 04:07 17 Apr 2023 04:07

Thumbnail Permintaan Kopi Domestik dan Internasional Meningkat, Petani harapkan Pendampingan Watermark Ketik
Biji kopi Toraja yang ada di sekitar dataran tinggi Tana Toraja, Sulawesi Selatan. (Foto: Jos Rizal/ketik.co.id)

KETIK, DENPASAR – Permintaan kopi di pasar domestik dan internasional terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun hal tersebut belum bisa diimbangi oleh produktifitas kopi lokal.

Data Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada 2020 lalu menunjukkan bahwa setiap satu hektare ladang kopi di Indonesia, hanya bisa menghasilkan kopi dengan nilai maksimal mencapai 700kg. Hal ini jauh berbeda dengan Vietnam yang mampu menghasilkan 2,3 ton kopi dalam setiap satu hektare. Perhitungan ini menggunakan kopi yang masih berkulit dan belum diolah.

Salah satu petani kopi Toraja di Makassar Arni Pabunga menjelaskan bahwa permintaan terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Angkanya dapat mencapai lebih dari 100 persen. Apalagi menjelang  Lebaran, permintaan paket kopi kian meningkat. Namun produksi kopi masih dirasa kurang.  Dalam satu hektare lahan yang dikelolanya hanya menghasilkan rata-rata 350 kg kopi.

”Sehingga kalau kopinya melewati proses pengolahan, beratnya akan menyusut lagi,” jelasnya.

Foto Produk kopi yang kian digemari pasar domestik dan internasional. (Foto: Arni for ketik.co.id)Produk kopi yang kian digemari pasar domestik dan internasional. (Foto: Arni for ketik.co.id)

Perempuan 48 tahun itu menambahkan bahwa faktor cuaca berpengaruh signifikan terhadap produksi kopi. Bunga-bunga kopi kerap gugur dan cuaca yang tak menentu menjadi penyebab utama. ”Kalau bisa, kita dapat pendampingan agar produksi kopi lebih meningkat lagi,” lanjutnya.

Alumni Unhas itu menjelaskan,  bantuan yang diberikan pemerintah sebenarnya sudah cukup bagus. Mulai dari kelas ekspor, pelatihan pemasaran, dan sebagainya. Hasilnya, kopi miliknya kini merambah pasar Eropa dan Korea.

Dalam sebulan, sedikitnya ia mampu mengekspor kopi sedikitnya 100kg.  Namun hal itu masih belum cukup. Ia berharap adanya pendampingan tata-cara mengelola kebun kopi yang baik agar produksi kopi lebih maksimal.

Hal yang sama juga dirasakan oleh I Wayan Suarabawa. Petani kopi asal Kintamani, Bali, tersebut merasakan bahwa permintaan kopi semakin meningkat. Peningkatan terjadi hingga mencapai 50 hingga 100 persen dalam dua tahun terakhir. Namun dirinya belum bisa menyuplai lebih banyak karena produksinya belum bisa memenuhi permintaan.

”Kalau lahan saya, satu hektare hanya bisa menghasilkan kopi sebanyak 500kg,” terangnya.

 Sama seperti petani lain, dirinya sudah mendapat pelatihan dari pemerintah bahkan hingga menembus pasar ekspor. Namun hal itu belum cukup. Bimbingan dan tata cara agar produksi kopi dapat meningkat merupakan hal yang paling dibutuhkan saat ini.

”Pelatihan dan pemasaran yang dibantu pemerintah sudah sangat membantu, apalagi ada sosial media. Kalau bisa, tata cara menanam kopi yang baik juga kami butuhkan,” harapnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

Kopi toraja kintamani eksporkopi