KETIK, SURABAYA – World Resources Institute (WRI) Indonesia secara resmi menyerahkan desain Kota Lama kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya pada Selasa 12 November 2024.
Desain yang dikembangkan ini bertujuan untuk membuat Kawasan Kota Lama menjadi wilayah yang berkelanjutan dan inklusif.
Penyerahan desain ini merupakan bentuk kerja sama Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Republik Indonesia dengan Pemerintah Inggris.
Serah terima ini diadakan di De Javasche Bank, dalam rangkaian acara Pekan Kota Lama Surabaya yang berlangsung pada 9-17 November 2024 dengan tema Merawat Ingatan, Menatap Masa Depan, Menciptakan Pengalaman Bersama.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappeda Litbang) Kota Surabaya, Irvan Wahyudrajad mengatakan, desain pengembangan kawasan Kota Lama Surabaya memiliki dua pendekatan, yaitu makro dan mikro.
Pada tingkat makro, desain menghubungkan empat sub-kawasan utama dalam Kota Lama di zona Eropa, Ampel, Pecinan, dan Jembatan Merah/Kalimas (kawasan niaga) dengan jaringan mobilitas aktif.
Seperti jaringan untuk pejalan kaki dan kendaraan tidak bermotor, serta aktivasi koridor sungai. Sedangkan di tingkat mikro, desain berfokus pada tiga koridor prioritas yang direkomendasikan untuk dikembangkan sebagai katalisator bagi ekonomi kreatif, sosial, dan pelestarian budaya.
"Desain yang diberikan sejalan dengan apa yang telah dilakukan Pemkot Surabaya dalam pengembangan potensi kawasan Kota Lama Surabaya lewat peningkatan fungsionalitas bangunan bersejarah," kata Irvan, Selasa 12 November 2024.
Lebih lanjut, dengan memanfaatkan banyak bangunan bersejarah nantinya Pemkot Surabaya akan menghidupkan kembali semangat kolaborasi, inovasi, dan pelestarian sejarah.
Misalnya di Koridor Jalan Kasuari yang direkomendasikan sebagai kawasan kreatif untuk memfasilitasi berbagai kebutuhan penggunanya atau Mixed Used Creative Compound.
“Sedangkan di Koridor Jalan Panggung menghubungkan Pasar Pabean dan Sungai Kalimas direkomendasikan sebagai kawasan kuliner, memanfaatkan bangunan gudang bersejarah untuk menarik wisatawan dan warga lokal,” tambahnya.
Untuk optimalisasi kawasan pecinan, direkomendasikan memanfaatkan koridor jalan karet untuk industri garmen dengan pengalaman ruang publik dan rekreasi. Hal ini karena kawasan tersebut lama dikenal sebagai sentral untuk pelestarian budaya dan sejarah peranakan dengan fasilitas modern.
“Desain ini mendorong peningkatan integrasi transportasi umum, termasuk rute Suroboyo Bus dan Feeder Wira Wiri, guna memastikan aksesibilitas yang lebih baik dan inklusif bagi seluruh warga,” paparnya.
Sementara itu, Direktur Pembangunan British Embassy Jakarta, Amanda McLoughlin mengungkapkan Pemerintah Inggris berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dalam upaya menciptakan kota yang lebih ramah lingkungan.
Ia berharap desain ini dapat menjadi penggerak bagi pembangunan kota berkelanjutan yang lebih inklusif, serta menghadirkan ruang interaksi dan kreativitas, bagi semua elemen masyarakat di Kota Surabaya.
"Kerja sama ini juga merefleksikan 75 tahun hubungan diplomatik yang erat antara Inggris dan Indonesia, khususnya dalam pembangunan berkelanjutan dan transisi rendah karbon," pungkasnya.(*)