KETIK, SURABAYA – Waterfront City Development dapat diartikan suatu proses dari hasil pembangunan yang memiliki kontak visual dan fisik dengan air.
Ini bagian dari upaya pengembangan wilayah perkotaan yang secara fisik alamnya berada dekat dengan air, bentuk pengembangan pembangunan wajah kota yang terjadi berorientasi ke arah perairan.
Konsep ini berawal dari pemikiran seorang ‘urban visioner’ Amerika yaitu James Rouse di tahun 1970-an.
Konsep ini dinilai Pemkot Surabaya bisa menjadikan Kota Pahlawan menghadap ke laut, rencana ini sudah diajukan kepada pemerintah pusat serta dibahas dalam Musrenbang dengan Bappeko.
Ketua Komisi C DPRD Surabaya Baktiono menjelaskan Surabaya sebagai kota yg di desain untuk menghadap ke laut jadi tidak membelakangi ke laut.
"Waterfront city kota yg menghadap ke laut. Dengan konsep ini pernah di daerah sungai brantas wonokromo, rumah-rumah diminta menghadap ke sungai, termasuk disediakan jalan," jelasnya pada Senin, (1/4/2024).
Baktiono menjabarkan jadi konsep ini yaitu bukan rumah yang langsung di belakangnya laut, namun akan ditata sedemikian rupa berupa setelah laut, ada jalan lalu terdapat rumah-rumah.
"Jadi view laut nampak bagus, nampak indah dan juga sehat. Karena air laut itu juga menyehatkan," terang Politisi PDIP ini.
Dengan konsep ini, Baktiono menambahkan bahwa pemerintah kota juga diuntungkan. Diuntungkan dari estetika kota, lalu dari pembangunan berupa pembebasan lahan tidak ada.
"Karena nanti malah lebih bagus kotanya jalannya nempel di laut," jelasnya.
Namun, Baktiono mengungkapkan bahwa konsep ini masih disampaikan dalam Muserembang dan masih berupa rencana, karena pasti memerlukan biaya yang cukup besar untuk mengusung konsep waterfront city.
"Ini baru kita ajukan baru kita sampaikan termasuk dalam musrembang. Konsepnya ini membebaskan lahan warga. Itu puluhan triliun, Surabaya enggak akan mampu," pungkasnya. (*)
