Heri Amalindo Mundur, Siapa yang Paling Diuntungkan?

Jurnalis: Wisnu Akbar Prabowo
Editor: Muhammad Faizin

19 Agustus 2024 12:45 19 Agt 2024 12:45

Thumbnail Heri Amalindo Mundur, Siapa yang Paling Diuntungkan? Watermark Ketik
Mundurnya Heri Amalindo menyisakan dua paslon di Pilkada Sumsel, yakni Herman Deru-Cik Ujang dan Mawardi Yahya-Anita Noeringhati. Foto: Kolase Herman Deru dan Mawardi Yahya.

KETIK, PALEMBANG – Mundurnya bakal calon Gubernur Heri Amalindo dari Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merubah dinamika politik Sumatera Selatan (Sumsel).

Hal tersebut membuat peta dukungan masyarakat Sumsel menjadi mengerucut dari tiga pasangan calon (paslon) menjadi dua paslon.

Dua paslon tersebut ialah paslon petahana Herman Deru-Cik Ujang (HDCU) dan Mawardi Yahya-Anita Noeringhati (Matahati).

HDCU merupakan paslon pertama yang menyatakan maju di Pilkada Sumsel. Paslon tersebut sudah mengantongi sebanyak 26 kursi dukungan di DPRD Sumsel yang terdiri dari Partai Nasdem (10 kursi), Partai Demokrat (8 kursi), PKS (7 kursi), dan Perindo (1 kursi).

Kemudian, rivalnya, paslon Matahati telah mendapat dukungan sebanyak 25 kursi dari Partai Golkar (12 kursi), Gerindra (11 kursi), dan PPP (2 kursi).

Menurut Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Publik Independen (LKPI), Arianto menjelaskan, mundurnya Heri Amalindo tidak berpengaruh besar pada pertarungan politik antara dua paslon tersebut.

"Tidak ada pergeseran dan gejolak elektabilitas yang signifikan terhadap HDCU dan MataHati dengan tidak ikut sertanya pasangan Heri Amalindo-Popo Ali (Hapal) dalam perhelatan pesta demokrasi lima tahunan yang akan digelar tiga bulan lagi," ungkap Arianto.

Berbicara data survei, menurut Arianto, uji simulasi bakal paslon yang diuji tidak menunjukkan adanya perubahan yang signifikan terhadap dukungan paslon HDCU dan Matahati apabila paslon Hapal tidak ikut Pilkada. 

Elektabilitas HDCU masih jauh lebih perkasa dibanding Matahati dengan jarak berkisar 45 sampai 50 persen. 

Secara rinci, Arianto menjelaskan rentang elektabilitas HDCU berada di angka 64 sampai 72 persen, Matahati 11 sampai 18 persen, dan Hapal 8 sampai 12 persen. Sedangkan, massa yang belum menentukan pilihan berkisar antara 5 sampai 10 persen.

Unggulnya HDCU ini secara statistik signlifikan karena jarak elektabilitas dari paslon MataHati dan HAPAL berkisar 45 persen-50 persen. Kalau di range elektabilitas masing-masing paslon adalah HDCU (64 persen-72 persen), MATAHATI (11 persen - 18 persen), HAPAL (8 persen - 12 persen) dan massa yang belum menentukan pilihan (5 persen - 10 persen). 

Berdasarkan survei terakhir yang mereka gelar pada akhir bulan Juli 2024, elektabilitas Hapal berada di angka 9 persen. Arianto membeberkan jika Hapal tidak ikut Pilkada, maka ada sekitar 5,8 persen suara yang beralih ke HDCU dan 2,3 persen beralih ke Matahati.

"Survei terakhir yang kami gelar bulan Juli akhir 2024 menunjukkan elektabilitas Hapal 9 persen. Uji simulasi apabila paslon Hapal tidak maju Pilkada, maka ada 5,8 persen suara beralih ke HDCU dan 2,3 persen beralih ke Matahati. Sisanya 0,9 persen masih belum menentukan pilihan," terangnya.

Artinya, limpahan elektabilitas Hapal akan jauh lebih banyak ke HDCU ketimbang Matahati. Sedikitnya pengaruh gejolak elektabilitas ini, lanjut dia, salah satunya disebabkan kenaikkan elektabilitas paslon Hapal belum begitu signifikan dalam menarik elektoral pemilih.

Ditambah, massa yang belum menentukan pilihan sudah tidak banyak lagi karena peta pemilih sudah mengerucut ke HDCU dan MataHati. 

Arianto mengungkapkan, peta pemilih menjadi sempit karena merka sudah mempunyai preferensi sendiri untuk menentukan paslon di Pilkada Sumsel.

Dengan demikian, potensi pergerakan suara tidak akan begitu besar dan kenaikkannya juga tidak terlalu signifikan, terkecuali adanya drama politik yang di luar prediksi.

"Lagi-lagi di sini kalkukasi matematika politik akan berlaku, sebab apabila mengandalkan sosialisasi yang saat ini masih dilakukan, sulit untuk mengejar ketertinggalan elektabilitas,” pungkas Arianto.

Tombol Google News

Tags:

pilkada herman deru cik ujang mawardi yahya anita noeringhari hdcu matahari Sumsel heri amalindo mundur