BMKG Ingatkan Potensi Cuaca Ekstrem Saat Pencoblosan Pemilu 2024

Jurnalis: Wandi Ruswannur
Editor: Muhammad Faizin

2 Februari 2024 03:20 2 Feb 2024 03:20

Thumbnail BMKG Ingatkan Potensi Cuaca Ekstrem Saat Pencoblosan Pemilu 2024 Watermark Ketik
Ilustrasi banjir (Foto: BMKG)

KETIK, JAKARTA – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia, Dwikorita Karnawati, mengingatkan masyarakat untuk selalu mewaspadai potensi cuaca ekstrem saat perhelatan Pemilu tahun 2024.

Dwikorita menerangkan, saat ini beberapa wilayah di Indonesia memiliki curah hujan tinggi, di mana puncak musim hujan diprediksi BMKG dimulai pada akhir Januari hingga Maret 2024 mendatang, termasuk terjadi saat hari H pencoblosan. 

Untuk itu, kata dia, pemerintah daerah perlu mewaspadai potensi cuaca ekstrem dengan melakukan sejumlah mitigasi, agar perhelatan Pemilu 2024 yang dilaksanakan pada 14 Februari mendatang dapat berjalan dengan lancar dan aman.

"Kami menyampaikan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi puncak musim hujan. Apalagi kita akan punya hajat besar, pemungutan suara Pemilu 2024. Tentunya kita berkoordinasi dengan pemerintah dalam hal ini BPBD bagaimana upaya mitigasi agar curah hujan yang tinggi tidak menimbulkan bencana dan mengganggu hajat nasional kita," ujar Dwikorita melalui pesan tertulis saat diterima Ketik.co.id, Kamis (01/02/2024).

Dwikorita menyebut tidak ada anomali cuaca dalam musim hujan tahun ini. Musim hujan, lanjut dia, berlangsung normal, sesuai dengan rata-rata klimatologisnya selama 30 tahun terakhir, dapat mencapai 400 milimeter dalam satu bulan. Hanya saja, menurutnya terkadang akan muncul hujan ekstrem pada skala harian, di mana curah hujan dapat mencapai 150 milimeter per hari.

"Akibatnya, hujan tersebut dapat menyebabkan banjir, banjir bandang dan tanah longsor jika tidak diantisipasi sejak awal. Aksi mitigasi yang dapat dilakukan, di antaranya membersihkan saluran air atau drainase lingkungan, membersihkan sungai dari material penghambat/sumbatan berupa batu, tanah, kayu, ranting pohon, dan sampah, yang dapat memicu terjadinya banjir bandang," terangnya.

Menurutnya, hal tersebut kerap terjadi terutama pada daerah dataran rendah yang berada di sekitar perbukitan, pada saat pasca kejadian gempabumi di musim hujan. Akibat gempa, kerap terjadi banyak titik longsor di lereng lembah-lembah hulu sungai di perbukitan. 

"Lalu material longsor beserta pohon-pohon dan tanah ataupun batuan yang terseret longsor akan terendapkan di lembah-lembah sungai tersebut, mengakibatkan terbentuknya sumbatan yang membendung aliran air sungai di daerah hulu," ungkapnya.

Lalu terang Dwikorita, dengan turunnya hujan selama berhari-hari, bendung tersebut akhirnya jebol karena tidak mampu menahan tekanan akumulasi air sungai yang terbendung, maka terjadilah banjir bandang atau aliran debris dengan kecepatan tinggi ke arah dataran rendah di hilir.

"Contohnya seperti banjir bandang yang terjadi di kawasan Braga beberapa waktu lalu yang diduga karena terjadi penyumbatan di sungai di daerah hulunya," tuturnya dengan penyampaian jelas dan lugas.

"Karenanya, untuk mengantisipasi kejadian tersebut berulang maka perlu dilakukan inspeksi sungai apakah ada sumbatan agar tidak menyebabkan banjir bandang," pungkasnya menutup penyampaian.

Tombol Google News

Tags:

banjir BMKG pemilu 2024 cuaca ekstrem