3 Warga Kota Malang Meninggal Akibat DBD Sepanjang Tahun 2023

Jurnalis: Lutfia Indah
Editor: Mustopa

30 Agustus 2023 14:05 30 Agt 2023 14:05

Thumbnail 3 Warga Kota Malang Meninggal Akibat DBD Sepanjang Tahun 2023 Watermark Ketik
Ilustrasi nyamuk. (Foto: Freepik)

KETIK, MALANG – Sepanjang tahun 2023, ditemukan 384 kasus demam berdarah (DBD) di Kota Malang. Dari keseluruhan jumlah tersebut, tiga di antaranya dinyatakan meninggal dunia.

Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, Meifta Eti Winindar saat ditemui pada Rabu (30/8/2023).

Pada tahun 2021, sebanyak 254 orang terjangkit DBD dengan kasus meninggal sebanyak tiga orang. Kasus tersebut meningkat pada 2022, dari 560 kasus, 14 orang di antaranya dinyatakan meninggal dunia.

"Terkait kasus DBD di Kota Malang memang ada kecenderungan untuk naik. Dari tahun 2021 dibandingkan dengan tahun 2022, kemudian dari kenaikan itu mendorong kami untuk menerbitkan Surat Edaran (SE) Wali Kota Malang terkait dengan Pengendalian dan Pencegahan DBD," jelasnya.

Masyarakat harus waspada dan tidak dapat menganggap sepele apabila terjadi demam. Pasalnya gejala DBD hampir sama dengan tifus. Diperlukan uji lab untuk mengetahui apakah seseorang terjangkit DBD atau tidak.

"Gejalanya seperti penyakit tifus, salah satunya panas. Dipikirnya hanya panas biasa, padahal itu termasuk salah satu gejala. Kalau tidak lab, kita tidak tahu. DBD itu kalau hanya dikenali lewat gejala klinis saja, kita tidak tahu. Takutnya tahu-tahu trombositnya turunnya parah. Apalagi itu sifatnya menular, bisa terkena ke orang dekat sekitar," serunya.

Lebih lanjut, berdasarkan informasi dari Dinkes Provinsi Jawa Timur, saat El-Nino, nyamuk-nyamuk akan lebih ganas. Kecenderungan udara yang panas membuat mobilitas nyamuk semakin meningkat.

"Sekarang udaranya cenderung panas, maka yang diinformasikan melalui Dinas Kesehatan Provinsi Jatim untuk waspada terhadap udara panas tersebut. Karena di situ mobilitas nyamuknya menjadi meningkat," tutur Meifta.

Dalam mencegah peningkatan DBD, diperlukan upaya pencegahan di tiap masyarakat. Salah satunya melalui gerakan satu rumah satu jumantik. Genangan air maupun tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang jentik-jentik nyamuk sangat perlu diwaspadai.

"Tidak menutup kemungkinan di sekolah juga ditemukan tempat yang menjadi sarang jentik-jentik nyamuk. Kalau kita tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara menguras, menutup, mengubur (3M) maka di situ dapat menjadi tempat perindukan nyamuk," tambahnya.

Sementara, fogging menjadi opsi terakhir untuk memberantas nyamuk. Khusunya jika terdapat kasus DBD yang menimpa banyak warga di suatu wilayah. Namun fogging hanya dapat membunuh nyamuk-nyamuk dewasa. Untuk itu tetap diperlukan pemberantasan dan pencegahan munculnya jentik-jentik nyamuk.

"Fogging itu hanya membunuh nyamuk dewasa, besoknya jentik-jentik nyamuk masih bisa menetas. Belum lagi yang di-fogging biasanya terbatas tempatnya. Maka kami tekankan seperti menguras bak mandi satu minggu sekali. Kemudian kita mencegah gigitan nyamuk dengan pakai lotion misalnya," jelas Meifta.(*)

Tombol Google News

Tags:

Demam Berdarah dbd Kematian Akibat DBD Dinkes Kota Malang Kota Malang