Napeni Beras di Pacitan, Tradisi khas Pedesaan yang Kian Tergerus Zaman

Jurnalis: Al Ahmadi
Editor: Mustopa

10 Februari 2024 08:48 10 Feb 2024 08:48

Thumbnail Napeni Beras di Pacitan, Tradisi khas Pedesaan yang Kian Tergerus Zaman Watermark Ketik
Sartuni saat beraksi napeni beras di halaman rumahnya, untuk menyiapkan beras yang bersih dari kotoran sehingga siap dimasak. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

KETIK, PACITAN – Tradisi napeni beras, sebuah kearifan lokal yang diwariskan leluhur, kini kian tergerus zaman. Dulu, menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat pedesaan ini, kini semakin jarang dijumpai.

Napeni beras merupakan cara tradisional untuk membersihkan sisa gabah dan kotoran dari beras yang kental dengan nuansa pedesaan tempo dulu. 

Cara itu dilakukan dengan menggunakan tampah, sebuah alat tradisional yang terbuat dari anyaman bambu.

Beras dituangkan ke dalam tampah dan kemudian diayunkan dengan gerakan tertentu, sehingga kotoran dan gabah akan terpisah dari beras.

"Biasanya, setiap kali mau memasak dibersihkan dulu atau ditapeni. Beras dilempar-lempar itu supaya kotoran atau dedak terhempas dari beras," kata Sartuni (78), saat ditemui dirumahnya, Dusun Nglaos, Desa Banjarjo, Kecamatan Kebonagung, Sabtu (10/2/2024) 

Sartuni yang kini masih rutin melakukan tradisi tersebut menambahkan, cara itu selain membuat beras menjadi lebih bersih dan enak, napeni beras juga memiliki banyak manfaat lainnya.

Gerakan mengayunkan tampah saat napeni beras dipercaya dapat membantu melatih keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan otot. Termasuk, juga dapat membantu melatih fokus dan konsentrasi, serta meningkatkan ketajaman penglihatan.

"Setelah diayunkan ke atas, tampah selanjutnya diputar-putar. Agar kelihatan apabila ada batu, gabah atau benda-benda lainnya," terangnya kepada ketik.co.id.

Namun, sambung dia, di era modern ini banyak masyarakat yang memilih cara yang lebih praktis untuk membersihkan beras, yaitu dengan menggunakan kipas angin, mesin selep padi dan lainnya.

Hal ini menyebabkan tradisi napeni beras semakin ditinggalkan. Meskipun masih ada beberapa warga yang dapat melakukan tradisi ini, tapi kebanyakan sudah ditiadakan.

"Karena sekarang sepertinya sudah bersih setelah di selep, ada kipas angin juga. Akhirnya kemungkinan besar anak muda sekarang juga tidak tahu," ujar Sartuni menutup.

Sebagaimana diketahui, tradisi napeni beras merupakan warisan budaya khas Jawa Timur. Selain memiliki banyak manfaat, tradisi ini juga dapat menjadi sarana untuk mempererat tali persaudaraan antar warga.

Melestarikan tradisi napeni beras merupakan langkah baik untuk mempertahan dan memperkenalkan tradisi ini kepada generasi muda. Sehingga tradisi ini tidak punah ditelan zaman.

Dapat menjaga tradisi salah satunya napeni beras adalah bentuk mempertahankan jadi diri bangsa Indonesia yang kaya akan kebudayaan. Pun tetap lestari dan dapat terus dinikmati oleh generasi mendatang. (*)

Tombol Google News

Tags:

DESA kebudayaan Napeni Beras Sartuni