Menjelajahi Keajaiban Mesir

Jurnalis: Maria Winchester
Editor: Akhmad Sugriwa

19 Maret 2024 15:00 19 Mar 2024 15:00

Thumbnail Menjelajahi Keajaiban Mesir Watermark Ketik
Jurnalis Ketik.co.id saat mengunjungi Mesir. (Foto:Maria/Ketik.co.id)

KETIK, BANDUNG – Egypt atau lebih dikenal dengan julukan Misr oleh penduduk setempat adalah negara di sebelah Utara Timur sudut Benua Afrika dan sebelah Barat dari Israel, Jordan, dan Saudi Arabia. 

Mesir adalah salah satu negara peradaban kuno yang sudah mengenal kertas, tulisan, pertanian, perkotaan, peraturan peragamaan, dan sistem pemerintahan. Sebagian besar kota-kota di Mesir terletak di sekitar Sungai Nile, baik di sebelah barat dan timur sungai ini.  

Konsep kuno jaman Firaun di Mesir adalah bagian Timur Sungai Nile dibangun untuk orang-orang yang masih hidup. Dan di sebelah barat dibangun pemakaman firaun-firaun dan keluarganya. Konsep ini dilahirkan dari terbitnya matahari di timur dan terbenamnya matahari di sebelah barat. 

Tanah di sekitar sungai Nile sangatlah subur disebabkan oleh banjir tiap tahunnya. Sungai Nile ini adalah jantung negara Mesir sejak jaman pembangunan peradaban hingga kini. 

Banyak dari beberapa tempat-tempat bersejarah yang bisa dikunjungi di Mesir seperti Kota Kairo yang mempunyai Kompleks Piramid Giza dan Sphinx, Grand Egyptian Museum (GEM), Musium Antik Kairo, dan masih banyak lainnya. 

Ada beberapa kuil bersejarah di Kota Luxor seperti Kuil Karnak, Kuil Luxor, pemakaman firaun-firaun Mesir, kuil rumah pembaringan jenazah Ratu Hatshepsut, patung-patung besar Memnon, dan beberapa patung besar firaun Amenhotep III. 

Di Edfu dan Om Kombo juga ada beberapa kuil-kuil yang terkenal seperti kuil Edfu dan kuil Kom Ombo yang bangunannya dipengaruhi oleh budaya Yunani dan Romawi. 

Di daerah Aswan, kita dapat melihat beberapa obelisk yang besar dengan kuil Philae yang dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani. Di Aswan, kita juga dapat menikmati makanan Nubia yang dibuat oleh orang-orang Nubia yang bermukim di sini.

Tidak jauh dari Aswan, kita bisa berkunjung ke Kuil Abu Simbel yang dipahat di sisi gunung oleh Ramesses II untuk salah satu dewa Mesir dan istrinya Nefertari. Semua ini bisa dikunjungi dalam waktu 7 hari dengan pesawat dan berlayar dengan kapal di Sungai Nile.

Jika ingin berkunjung ke Mesir, lebih baik mengikuti kelompok wisata supaya pemandu wisata dapat bercerita dengan detail apa yang sudah kita lihat melalui buku, TV, dan media lainnya.

Pemandu wisata. Dr. Amr Atef yang berkerja selama kurang lebih 30 tahun di bidang ini sangat menjiwai profesinya sebagai ahli kebudayaan Mesir. Dia selalu ingin memperkenalkan budaya Mesir kepada para pengunjung di negaranya. Dr. Atef juga memperkenalkan kebudayaan Mesir di internet, kedutaan Amerika Serikat, dan kedutaan Kanada. Dr. Atef juga menyebutkan betapa amannya negara Mesir untuk dikunjungi.  

Tur wisata yang dipandu oleh Dr. Atef beserta timnya termasuk Hossam Hassan, Aladdin Reda, dan Abdul berasal dari kelompok wisata Archaeological Paths (AP). AP memberikan kesempatan untuk memasuki piramid Khufu di kompleks dataran Giza yang tidak terbuka untuk pengunjung umum lainnya. Bertemu dengan Direktur Piramid Dataran Giza/arkeolog kawakan, Dr. Ashraf Mohie El-Din, dan direktur Grand Egyptian Museum (GEM), Dr. Tarek Tawfik. 

Memasuki Piramid Khufu

Di piramid Khufu, kita disambut oleh beberapa penjaga piramid di depan pintu masuk piramid yang terbuat dari besi yang mempunyai kunci gembok. Pintu ini dibuka oleh salah satu penjaga piramid dan kita disambut dengan lorong panjang diterangi oleh lampu-lampu di dalamnya. 

Setelah lorong panjang ini, ada dua tangga yang terjal yang naik ke atas dan ke bawah yang dibuat dari papan dengan palang tipis melintang sebagai anak tangga. Tangga naik ke atas ini menuju ke ruangan pemakaman firaun Khufu dan ke bawah menuju ke ruangan pemakaman ratunya. 

Beberapa lorong yang tinggi dan besarnya sangat sempit, hanya bisa dilalui dengan merangkak atau dengan jongkok berjalan seperti yang dilakukan abdi dalem di keraton-keraton Jawa Tengah. Lorong sempit ini sangatlah panjang dan memakan sedikit waktu untuk mencapai ruangan kuburan. 

Setelah mencapai ruangan kuburan, kita bisa melihat ruangan yang sangat luas dan kosong. Mumi firaun Khufu tidak pernah ditemukan dan diasumsikan kalau muminya dicuri oleh pencuri kuburan. Ruangan ratunya yang terletak tepat di bawah ruangan kuburan Firaun Khufu, tidak pernah dipakai dan dibiarkan kosong.

Melihat Sphinx dari Kakinya

Sebelum memasuki Pyramid Khufu, kita bertemu dengan Dr. Ashraf Mohie El-Din di bawah kaki Sphinx yang daerahnya tertutup untuk pengunjung umum lainnya. Beliau bercerita tentang asal mula Sphinx atau lebih dikenal dengan nama Hor-em-akhet yang berarti Horus di cakrawala. Nama orang yang membangun patung ini tidak pernah diketahui. 

Seiring dengan semaraknya orang-orang Afrika Tengah yang mengakui kebudayan Mesir sebagai kebudayaan mereka sendiri di beberapa media sosial, Dr. Mohie El-Din mengungkap bahwa, “orang-orang Afrika tengah yang mengakui kebudayaan Mesir sebagai kebudayaan mereka, tidak mempunyai bukti kuat kalau orang Mesir berasal dari Afrika Tengah. 

Orang-orang yang mengakui ini harus mempunyai bukti yang kuat untuk mendukung teori mereka sendiri. Orang Mesir adalah 100 % orang-orang yang berasal dari Mesir. 

Sejarah Mesir kuno terdiri dari 30 dinasti. Masing-masing dinastinya berlangsung selama kira-kira 100-150 tahun yang terdiri dari beberapa generasi. Orang-orang ini adalah orang asli Mesir. Adapun dinasti ke-25 yang berasal dari Kushite atau Sudan adalah dinasti orang-orang Afrika yang juga berasal dari Mesir dan bukan berasal dari negara-negara Afrika lainnya. Dinasti ke-25 ini berlangsung selama kira-kira 100 tahun”. 

Grand Egyptian Museum (GEM)

Musium yang terbaru di Mesir adalah Musium Megah Mesir yang merupakan musium arkeologi terbesar di dunia yang bisa menampung 100.000 artefak. Musium ini dibuka untuk umum sejak tahun 2018 meskipun ruangannya hanya lobi, tangga megah yang menampung beberapa artefak, dan toko musium. Sebagian artefak dari musium Kairo dipindahkan ke musium baru ini termasuk artefak peninggalan dari firaun Tutankhamun dan Ramesses II. Pembangunan musium pun masih berlanjut hingga saat ini. 

Di musium ini terlihat hanya beberapa pengunjung dan tidak seramai seperti biasanya. Beberapa pengunjung bercerita tentang beberapa orang yang membatalkan rencana perjalanan ke Mesir dikarenakan kekawatiran perang antara Israel dan orang-orang Palestina. 

Direktur Musium GEM, Dr. Tarek Tawfik, menanggapi soal ini, “Orang-orang di Mesir terutama di Kairo tidak merasakan dampak peperangan antara Israel dan orang-orang Palestina. Tempat peperangan ini sangatlah jauh dari Mesir terutama Kairo. 

Para pengunjung terutama dari Eropa berdatangan seperti biasa dan mungkin berkurangnya pengunjung dari Amerika Serikat dikarenakan penduduk Amerika Serikat berpikir daerah Timur Tengah adalah satu negara besar. 

Pengunjung dari Asia juga berkurang karena meraka tidak mengetahui bahwa ada Sinai Peninsula sebagai daerah penyangga antara daerah Gaza dan lembah Nile. Sangatlah aman untuk berkunjung ke Mesir sekarang ini”. 

Dr. Tawfik juga menyebutkan bahwa GEM akan diharapkan terbuka untuk umum seluruhnya pada akhir tahun 2024 yang menampilkan 25 ribu artefak. Setengah dari 25 ribu artefak ini belum pernah ditampilkan untuk pengunjung umum. Musium ini sangat besar dan butuh waktu dua hari untuk melihat semua artefak di seluruh museum dan musium ini siap menyambut 8 juta pengunjung tiap tahunnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

mesir firaun sphinx