Jason Putera, Siswa SMP yang Sukses Ciptakan Tongkat Tunanetra Bersensor dengan Bahan Murah

Jurnalis: Shinta Miranda
Editor: M. Rifat

21 Mei 2024 12:53 21 Mei 2024 12:53

Thumbnail Jason Putera, Siswa SMP yang Sukses Ciptakan Tongkat Tunanetra Bersensor dengan Bahan Murah Watermark Ketik
Potret Jason Putera Hendrata saat sedang merakit tongkat sensor untuk tunanetra (21/5/2024). (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Jason Putera Hendrata adalah Siswa kelas 8 dari SMPN 1 Surabaya. Dia berhasil menyabet juara 2 Bidang Komputer Lomba Peneliti Pelajar Surabaya (LPPS) jenjang SMP 2024.

Anak pertama dari dua bersaudara ini berhasil menginovasikan tongkat untuk penyandang tunanetra dengan memberikan sensor di bawah tongkat tersebut agar pemakainya mengetahui ada sesuatu di depannya saat berjalan.

"Sensor itu bergetar jaraknya 30 cm ke bawah cuma untuk demontrasi," terang cucu dari Kolonel Laut Purnawirawan A. Effendy Nasution ini.

Tongkat tersebut panjangnya kurang lebih 1 meter. Ada sensor di bagian bawah dan tombol on off di bagian atas. Tongkat tersebut mendeteksi benda di sekitarnya dalam radius 30 cm. Jika menemukannya tongkat otomatis akan bergetar.

Foto Potret Jason Putera Hendrata saat sedang merakit tongkat sensor untuk tunanetra. (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)Potret Jason Putera Hendrata saat sedang merakit tongkat sensor untuk tunanetra. (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)

Jason menjelaskan ide awal pembuatan alat ini karena dia iba melihat anak dari ART (Asisten Rumah Tangga) nya yang mengalami kebutaan.

Jason lantas ingin membuat tongkat yang canggih namun dengan harga bahan-bahan yang murah.

"Pas dilihat itu dia (anak ART) memakai tongkat biasa. Nah waktu itu langsung kepikir tongkat tunanetra ini kalau diperbagus juga harganya murah karena kan tunanetra yang kurang begitu, beli juga ngga bisa," ucap Jason.

Putra dari Kolonel  Laut(K) dr. Ariyo Sakso Bintoro ini memaparkan bahwa dirinya menciptakan alat yang sangat mirip di pasaran berupa tongkat dengan sensor getar namun dengan bahan-bahan yang terjangkau.

"Habis kepikiran itu langsung searching di pasaran itu, oh menggunakan sensor karena sensor itu mata, tapi kalau di pasar itu sensornya banyak," jelas Jason.

Menurutnya, memang saat ini tongkat tunanetra yang ada di pasaran itu banyak variasinya, namun dirinya menyayangkan karena harganya yang mahal dan berat.

"Makanya itu punyaku sensornya 1 saja, ditaruhnya di depan. Jadi istilahnya mata yang ada di tongkat," tutur anak laki-laki memiliki hobi traveling ini.

Mengenai spesifikasi tongkat ciptaanya, Jason menjelaskan alatnya itu hanya memiliki 1 sensor berbeda dengan yang di pasar karena jika di pasar memiliki 3 sensor.

"Perbedaan yang kedua itu kalau alat saya itu getaran, kalau punya pasaran itu suara," tutur laki-laki yang bercita-cita jadi astronout ini.

Foto Potret Jason Putera Hendrata saat menujukkan piagam LPPS 2024. (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)Potret Jason Putera Hendrata saat menujukkan piagam LPPS 2024. (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)

Untuk kesulitan pembuatannya, Jason terlalu terhimpit waktu karena harus mengikuti LPPS 2024 pada Mei 2024.

"Jadi H-2 LPPS, baru langsung buat, terus kesusahannya yang lain yaitu tempat hosting-nya kecil jadi harus dipaksa masuk ke alatnya, kalau ndelewer-ndelewer (kabel) malah menganggu," tutur lulusan SD Bright Kiddie itu.

Dirinya memegang teguh adanya komentar dari Juri LPPS mengenai inovasinya itu agar terus dikembangkan dari tongkat bersensor getar dengan low cost ini.

"Kita menonjolkann tongkat ini murah, jadi sama aja di pasaran kalau mahal, ini murah," tuturnya.

Jason membandingkan tongkat tunanetra di pasaran dengan miliknya sangat berbeda jauh, jika tongkat dengan sensor tersebut dijual seharga Rp 1 juta, tetapi Jason bisa menciptakan alat yang murah seharga Rp 200 ribu saja.

"Kalau punya saya ini kebetulan tongkatnya mahal, aslinya 100 ribu dapet, jadi tapi ini sekitar 200 ribuan se-alat-alat sama komponenannya," ucap kakak dari Jovansyah Suryatama ini.

Sebelum menciptakan tongkat bersensor getar ini, saat SMP kelas 7 Jason membuat alat pendeteksi saat bak mandi penuh. Sayang saat itu dirinya belum bisa meraih juara di LPPS berkat inovasinya itu.

"Kurang inovatif jadi belum bisa menang," ucap Putra dari Ibu Vanda Yuanita Nasution ini.

Untuk daya tahan dari tongkat sensor ini, Jason menjelaskan masih menyayangkan keawetan dari baterainya karena hanya berdurasi 3 sampai 5 jam.

Uji coba sudah dilakukan oleh Jason. Dia memberikan tongkat tersebut untuk 2 orang penyandang tunanetra. Menurut mereka tongkat ini berhasil.

"Komentar mereka testimoninya tongkat ini berhasil, mendeteksi trotoar getar, ada mobil di depan juga getar juga, kekurangannya dikasih pengenal bahwa saya ini tunanetra," terangnya.

Atas inovasi ciptaannya Jason Putera berharap bahwa tongkat tunanetra ini tidak untuk dikomersialkan, tetapi untuk membantu para tunanetra yang membutuhkan.

"Diberikan secara gratis atau kerja sama, kalau misalkan komersialkan sudah ada, mangkanya ini sekadar sosial saja, karena  ingin membantu," ucap Jason.

Jason berharap Pemkot Surabaya memanfaatkan alatnya untuk disalurkan ke tunanetra yang membutuhkan tongkat yang memiliki sensor getar ini.

"Alat ini dikenal terus dicobakan lagi ke subjek yang lebih luas, jadi nanti kalau boleh ini disebarkan, nanti langsung buat lagi, siap kalau buat banyak," pungkas  Jason Putera Hendrata. (*)

Tombol Google News

Tags:

Jason Putera Hendrata Lomba Peneliti Pelajar Surabaya LPPS 2024 tongkat tunanetra tongkat tunanetra sensor SMPN 1 Surabaya Inovasi Pemkot Surabaya Surabaya