KETIK, SURABAYA – Angin puting beliung menerjang kawasan Dharmahusada, Surabaya Timur pada Jumat, 29 November 2024 lalu akibat hujan dengan intensitas tinggi.
Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Stasiun Juanda, Sidoarjo mengatakan, angin puting beliung terjadi karena tekanan atmosfer masih labil.
“Hujan deras dan angin puting beliung yang terjadi akibat tekanan atmosfer masih kelihatan labil,” ujar Sharnas Prayuda, prakirawan BMKG Juanda, Sidoarjo kepada Ketik.co.id, Sabtu, 30 November 24.
Prayuda menjelaskan, saat ini wilayah Jawa Timur mulai memasuki musim hujan. Karena itu, di provinsi ini diawali dengan hujan lebat, disertai petir dan angin kencang.
Mengenai angin puting beliung yang terjadi di Surabaya dipicu oleh kondisi atmosfer yang labil sehingga membentuk awan cumulonimbus yang lebih besar. Kecepatannya bisa mencapai 70 km/jam hingga 120 mm/jam.
Proses terjadinya angin puting beliung biasanya muncul pada akhir pancaroba. Hujan dengan intensitas tinggi maupun rendah bisa terjadi pada siang atau malam hari.
Pada akhir pancaroba, udara panas bisa mencapai 35 derajat Celcius, pengap dan adanya awan hitam yang mengumpul.
Akibatnya radiasi matahari tumbuh awan secara vertikal, selanjutnya dalam awan tersebut terjadi pergolakan arus udara naik dan turun dengan kecepatan yang kencang.
Hujan deras juga turun di Kota Surabaya pada Sabtu. Namun hujan dengan intensitas tinggi tersebut hanya berlangsung sebentar. Setelah turun hujan masih terlihat mendung tipis.
Seperti diketahui, serangan angin puting beliung di Dharmahusada telah menumbangkan puluhan pohon besar di pinggir jalan. Sedangkan di kawasan Gubeng beberapa rumah porak poranda dan pohon di pinggir jalan roboh.(*)